Apa Itu Mucormycosis, "Jamur Hitam" yang Perburuk COVID-19 di India
Hide Ads

Apa Itu Mucormycosis, "Jamur Hitam" yang Perburuk COVID-19 di India

Rachmatunnisa - detikInet
Selasa, 25 Mei 2021 09:15 WIB
Jakarta -

Pekan ini dunia kesehatan diguncang oleh laporan infeksi yang disebut mucormycosis atau sering disebut "jamur hitam' pada pasien dengan COVID-19. Infeksi ini memperburuk pandemi COVID-19 di India.

Monica Slavin Head Department Infectious Diseases Peter MacCallum Cancer Centre, Peter MacCallum Cancer Centre dan Karin Thursky Profesor di Peter Doherty Institute for Infection and Immunity menyebutkan bahwa infeksi jamur ini bisa berdampak parah.

Mengenal mucormycosis

Dijelaskan Slavin dan Thursky seperti dikutip dari The Conversation, mucormycosis sebelumnya dikenal sebagai zygomycosis, yaitu penyakit yang disebabkan oleh banyaknya jamur yang termasuk dalam keluarga jamur Mucorales.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Jamur dalam famili ini biasanya terdapat di lingkungan, misalnya di tanah, dan sering dikaitkan dengan bahan organik yang membusuk seperti buah dan sayuran.

Jamur yang paling sering menyebabkan infeksi pada manusia disebut Rhizopus oryzae. Di India, ada jamur lain dari jenis ini yang disebut Apophysomyces, umum ditemukan di daerah beriklim tropis dan subtropis.

ADVERTISEMENT

Di laboratorium, jamur ini tumbuh dengan cepat dan memiliki tampilan kabur berwarna hitam atau coklat. Jenis jamur ini yang menyebabkan penyakit pada manusia tumbuh dengan baik pada suhu tubuh dan dalam lingkungan asam. Ini akan terlihat pada jaringan tubuh mati, sekarat atau dengan kondisi diabetes yang tidak terkontrol.

Bagaimana seseorang terkena jamur hitam?

Mucorales dianggap jamur oportunistik yang biasanya menginfeksi orang dengan sistem kekebalan yang terganggu, atau dengan jaringan yang rusak. Penggunaan obat-obatan yang menekan sistem kekebalan seperti kortikosteroid dapat menyebabkan gangguan fungsi kekebalan, seperti halnya berbagai kondisi gangguan kekebalan lainnya, seperti kanker atau transplantasi. Jaringan yang rusak dapat terjadi setelah trauma atau pembedahan.

Ada tiga cara manusia dapat tertular mucormycosis: dengan menghirup spora jamur, menelan spora dalam makanan atau obat-obatan, atau ketika spora mengenai luka.

"Kasus paling sering adalah terhirup. Kita benar-benar menghirup spora banyak jamur setiap hari. Tetapi sistem kekebalan dan paru-paru kita yang sehat umumnya mencegahnya menyebabkan infeksi," tulis Slavin dan Thursky.

Ketika paru-paru rusak dan sistem kekebalan ditekan, seperti yang terjadi pada pasien dengan kondisi COVID-19 parah, spora ini dapat tumbuh di saluran udara atau sinus kita dan menyerang jaringan tubuh kita.

Mucormycosis dapat bersarang di paru-paru, tetapi hidung dan sinus adalah tempat paling umum dari infeksi mucormycosis. Dari sana, mereka bisa menyebar ke mata menyebabkan kebutaan, atau ke otak menyebabkan sakit kepala dan kejang.

Selanjutnya: Kaitan jamur hitam dengan COVID-19 di India

Kaitan jamur hitam dengan COVID-19 di India

Disebutkan Slavin dan Thursky, mereka belum pernah melihat infeksi mucormycosis yang terkait dengan COVID-19 di Australia, tempat asal mereka. Adapun di negara lain, kasusnya sangat sedikit. Mengapa situasi di India bisa sangat berbeda?

Sebelum pandemi, mucormycosis sudah jauh lebih umum di India daripada di negara lain. Secara global, wabah mucormycosis telah terjadi karena produk yang terkontaminasi seperti linen rumah sakit, obat-obatan, dan makanan kemasan.

Tetapi laporan mucormycosis yang tersebar luas di India menunjukkan bahwa mucormycosis tidak berasal dari satu sumber yang terkontaminasi. Jamur Mucorales dapat ditemukan di tanah, makanan yang membusuk, kotoran burung dan hewan, air dan udara di sekitar lokasi konstruksi, dan lingkungan yang lembab.

Tantangan pengobatan

Slavin dan Thursky menyebutkan di Australia dan sejumlah negara barat terjadi peningkatan kasus infeksi jamur lain bernama Aspergillosis pada pasien yang mengalami infeksi COVID-19 parah. Mereka membutuhkan perawatan intensif dan menerima kortikosteroid.

"Karena Aspergillosis adalah jamur oportunistik yang paling umum secara global, kami memiliki tes untuk mendiagnosis infeksi ini dengan cepat. Tapi ini tidak terjadi pada mucormycosis," kata Slavin dan Thursky.

Ditambahkan oleh mereka, banyak pasien yang terkena mucormycosis hasilnya buruk. Sekitar setengah dari pasien yang terkena akan meninggal dan banyak yang akan mengalami kerusakan permanen.

Diagnosis dan intervensi sedini mungkin penting, termasuk kontrol gula darah, pengangkatan jaringan mati dengan segera, dan perawatan obat antijamur.

Sayangnya, banyak infeksi akan terlambat didiagnosis dan akses ke pengobatan terbatas. Ini terjadi di India sebelum COVID-19 dan situasi pandemi saat ini hanya akan memperburuk keadaan.

"Mengontrol infeksi jamur tersebut akan membutuhkan peningkatan kesadaran, tes yang lebih baik untuk mendiagnosisnya lebih awal, fokus pada pengendalian penggunaan kortikosteroid dengan bijak (terutama bagi yang memiliki komorbid diabetes), akses ke pembedahan tepat waktu, pengobatan antijamur, dan lebih banyak penelitian tentang pencegahan," tutup keduanya.

Halaman 2 dari 2
(rns/rns)