Virus Corona Purba Serbu Asia Timur 25 Ribu Tahun Lalu
Hide Ads

Virus Corona Purba Serbu Asia Timur 25 Ribu Tahun Lalu

Rachmatunnisa - detikInet
Kamis, 29 Apr 2021 03:12 WIB
Virus Corona terbaru atau Sars-Cov-2 yang menjadi penyebab COVID-19 memang berbahaya. Tapi tampilannya di bawah mikroskop bisa sangat bertolak belakang.
Foto: NIAID

Perlindungan yang misterius

Enard setuju bahwa patogen kuno yang menjangkiti nenek moyang kita ini mungkin bukan virus Corona, melainkan mungkin saja jenis virus lain yang kebetulan berinteraksi dengan sel manusia dengan cara yang sama seperti yang dilakukan oleh virus Corona.

Kelompok peneliti lain baru-baru ini menemukan bahwa sarbecovirus, keluarga virus Corona yang mencakup SARS-CoV-2, pertama kali berevolusi 23.500 tahun lalu, di sekitar waktu yang sama dengan varian gen yang mengkode protein terkait virus Corona pertama kali muncul pada manusia. Temuan sarbecovirus juga diposting sebagai pracetak di bioRxiv pada 9 Februari dan belum ditinjau.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Enard menyebutkan, studi kedua itu memberikan konfirmasi yang 'rapi' untuk keseluruhan temuan ini. Namun menurutnya, meski temuan ini menarik, mereka tidak mengubah pemahaman kita tentang populasi mana yang lebih baik dalam bertahan dari infeksi SARS-CoV-2.

"Tidak ada bukti bahwa adaptasi gen purba ini membantu melindungi orang modern dari SARS-CoV-2. Nyatanya, hampir tidak mungkin membuat klaim seperti ini," kata Enard.

ADVERTISEMENT

Sebaliknya, tambahnya, faktor sosial dan ekonomi seperti akses ke perawatan kesehatan, kemungkinan memainkan peran yang jauh lebih besar daripada gen yang terkena COVID-19.

Enard dan timnya sekarang berharap dapat bekerja sama dengan ahli virologi untuk memahami bagaimana adaptasi ini membantu manusia purba bertahan dari paparan virus Corona purba ini. Tim juga berharap bahwa pada akhirnya studi genom kuno tersebut dapat digunakan sebagai sistem peringatan dini untuk pandemi di masa depan.

"Meskipun kami melihat sekilas dampak virus kuno ini pada nenek moyang manusia, generasi mendatang kemungkinan besar tidak akan dapat melihat jejak SARS-CoV-2 di genom kita. Berkat vaksinasi, virus tidak akan punya waktu untuk mendorong adaptasi evolusioner," katanya.

(rns/fay)