Ngorok saat tidur sering dianggap wajar bahkan disebut tanda tidur yang nyenyak. Padahal ngorok atau mendengkur adalah tanda adanya masalah kesehatan tidur dan merupakan gejala dari penyakit sleep apnea.
Dalam The Journal of Clinical Sleep Medicine, obstructive sleep apnea (OSA) dikenal sebagai faktor risiko independen mengalami COVID-19 dan membutuh perawatan di rumah sakit. OSA juga meningkatkan angka kematian terkait COVID-19 berdasarkan Sleep Medicine Reviews.
"Sleep apnea yaitu henti napas saat tidur, gejalanya mendengkur dan ngantuk berlebihan. Itu karena orang yang ngorok terbangun-bangun tanpa terjaga. Akibatnya bangun tidur, nggak segar kualitas tidur kurang baik," jelas dr Andreas Prasadja RPSGT dari Snoring & Sleep Disorder Clinic, RS Mitra Kemayoran mengatakan dalam acara Menyambut Hari Tidur Sedunia (World Sleep Day) 2021 dari Royal Philips.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pertanyaannya, bagaimana bisa mengatasi ngorok saat tidur? dr Andreas mengatakan fokusnya bukan pada menghilangkan suara dengkuran namun untuk memantau dan memperbaiki apakah ada pengurangan oksigen dalam tubuh atau tidak.
"Tentu saja tipsnya kita harus pencegahan pada anak-anak dengan menjaga fungsi hidung. Kalau dewasa sudah apnea, jangan minum alkohol sama sekali, jangan merokok, tidur miring atau posisi setengah duduk agar lidahnya tidak menutup -- tapi tentu saja ini tidak baik untuk tulang punggung sehingga source utamanya harus diatasi," tegas dr Andreas.
Biasanya yang digunakan untuk golden standard adalah Continuous Positive Airway Pressure (CPAP) atau Bilevel Positive Airway Pressure (BiPAP).
Pim Preesman Presiden Direktur Philips Indonesia mengatakan dalam kesempatan yang sama bahwa siapa saja bisa mengalami sleep apnea. Karenanya pihaknya juga memproduksi alat untuk membantu diagnosis dan mengatasi sleep apnea.
Untuk memakai CPAP atau BiPAP, pasien harus mendengarkan saran dokter untuk pemakaian alat terapi. Sembari, pasien juga mulai membentuk kembali pola tidur yang menyehatkan dan gaya hidup lebih sehat.
(ask/fay)