Masker dianjurkan bahkan di beberapa negara diwajibkan untuk menangkal virus Corona. Namun demikian, ada efek sampingnya yang bisa berbahaya buat lingkungan.
Penelitian terbaru menyebutkan bahwa saat ini manusia menggunakan 129 miliar masker secara global setiap bulan atau 3 juta per menit. Kebanyakan merupakan masker sekali pakai yang terbuat dari mikrofiber plastik dan banyak yang dibuang begitu saja sehingga membahayakan lingkungan.
"Dengan semakin meningkatnya pembuangan masker yang tidak benar, penting untuk mengenali potensi ancaman lingkungan ini dan mencegahnya menjadi persoalan plastik selanjutnya," kata periset dalam laporan di jurnal Frontiers of Environmental Science & Engineering.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ilmuwan dalam riset ini adalah Elvis Genbo Xu dari University of Southern Denmark dan Profesor Zhiyong Jason Ren dari Princeton University, Amerika Serikat.
Dikutip detikINET dari SciTechDaily, Senin (15/3/2021), masker sekali pakai merupakan produk plastik, yang tidak bisa didaur ulang di alam namun mungkin menjadi partikel plastik yang lebih kecil, plastik mikro dan nano, yang bisa menyebar di ekosistem lingkungan hidup.
Pada saat ini, tingkat produksi masker sekali pakai sudah dalam skala yang sama atau bahkan lebih dengan botol plastik yang jumlahnya mencapai 43 miliar per bulan.
Namun demikian, berbeda dari botol plastik, tidak ada panduan resmi bagaimana masker bisa didaur ulang. Maka banyak yang langsung membuangnya begitu saja. Sampah ini bisa mencemari sistem air sampai lautan.
"Apa yang kami ketahui, seperti sampah plastik lainnya, masker sekali pakai mungkin juga terakumulasi dan melepaskan substansi kimia dan biologi berbahaya, misalnya bisphenol A. Hal ini bisa berimbas secara tak langsung pada tanaman, hewan dan manusia," kata periset.
Untuk itu, dirasa penting untuk menangani sampah masker sekali pakai dengan serius. Misalnya membuat standar manajemen pembuangannya sehingga tidak menjadi polusi bagi alam.
(fyk/fay)