Ilmuwan Yakin Galaksi Bima Sakti Dihuni Peradaban Alien
Hide Ads

Ilmuwan Yakin Galaksi Bima Sakti Dihuni Peradaban Alien

Rachmatunnisa - detikInet
Rabu, 23 Des 2020 16:48 WIB
peta galaksi bima sakti
Galaksi Bima Sakti Dihuni Peradaban Alien. Foto: Istimewa.
Jakarta -

Studi terbaru menunjukkan galaksi Bima Sakti berisi peradaban alien, meskipun ada kemungkinan kuat sebagian besar dari peradaban ini sudah mati.

Para peneliti dari California Institute of Technology, Jet Propulsion Laboratory NASA, dan Santiago High School, menggunakan Drake Equation atau Persamaan Drake versi diperluas yang menentukan kemungkinan kehadiran kecerdasan luar angkasa di galaksi kita.

Studi tersebut mengamati berbagai faktor yang mungkin dapat mengarah pada lingkungan yang layak huni, dan kehidupan cerdas yang ditentukan mungkin telah muncul di galaksi kita sekitar 8 miliar tahun setelah terbentuk.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Beberapa dari peradaban ini diperkirakan berjarak 13.000 tahun cahaya dari pusat galaksi, atau sekitar 12.000 tahun cahaya lebih dekat dari Bumi, di mana manusia diyakini muncul 13,5 miliar tahun setelah Bima Sakti terbentuk.

Studi tersebut, seperti dikutip dari Stuff, Rabu (23/12/2020) juga mempertimbangkan faktor-faktor yang mungkin mengakhiri peradaban alien ini, antara lain paparan radiasi, penghentian evolusi, dan kecenderungan kehidupan cerdas untuk memusnahkan diri entah melalui perubahan iklim, kemajuan teknologi atau akibat perang.

ADVERTISEMENT

Ini menunjukkan bahwa setiap peradaban alien yang masih hidup kemungkinan besar masih muda, karena penghancuran diri biasanya terjadi setelah waktu yang lama.

"Meskipun tidak ada bukti yang secara eksplisit menunjukkan bahwa kehidupan cerdas pada akhirnya akan memusnahkan dirinya sendiri, kita tidak dapat secara apriori menghalangi kemungkinan penghancuran diri," tulis studi tersebut.

Sejak tahun 1961, Hoerner menyatakan bahwa kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi pasti akan mengarah pada kehancuran total dan degenerasi biologis, serupa dengan yang diungkapkan Sagan dan Shklovskii (1966).

"Hal ini selanjutnya didukung oleh banyak penelitian sebelumnya yang menyatakan bahwa pemusnahan diri makhluk hidup sangat mungkin terjadi melalui berbagai skenario, termasuk namun tidak terbatas pada perang, perubahan iklim, dan pengembangan bioteknologi," mereka menyimpulkan.




(rns/fay)