Sebuah studi yang didanai salah satunya oleh Bos Microsoft, Bill Gates, menemukan bahwa hydroxychloroquine tidak dapat digunakan untuk melawan COVID-19. Studi ini berdasarkan uji klinis besar yang dikoordinasikan oleh University of Washington.
Dari hasil penelitian, orang yang menggunakan hydroxychloroquine memiliki kemungkinan yang sama untuk tertular virus SARS-CoV-2 seperti mereka yang menggunakan plasebo. Ini menjadi tambahan bukti bahwa obat yang sering dipromosikan oleh Presiden Amerika Serikat Donald Trump tampaknya tidak bekerja melawan novel coronavirus.
Hampir 800 orang dari 38 negara bagian AS berpartisipasi dalam uji coba, yang didanai dengan USD 9,5 juta dari COVID-19 Therapeutics Accelerator. Dana penelitian diberikan oleh The Bill & Melinda Gates Foundation, filantropi Inggris Wellcome, dan lainnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Relawan yang berpartisipasi dalam uji klinis semuanya memiliki anggota keluarga atau kontak dekat yang dinyatakan positif terinfeksi.
Peserta secara acak ditugaskan untuk mendapatkan pil harian hydroxychloroquine atau plasebo selama periode 14 hari. Para sukarelawan melakukan swab hidung mereka setiap hari dan mengirim spesimen ke laboratorium untuk dianalisis untuk mengetahui apakah mereka telah terinfeksi.
Di antara kelompok yang mengonsumsi hydroxychloroquine, 46 orang terinfeksi virus corona. Pada kelompok plasebo, jumlah total infeksi adalah 43. Perbedaan tersebut tidak signifikan secara statistik, menunjukkan bahwa obat tersebut tidak berpengaruh,menurut Dr Ruanne Barnabas, dokter dan peneliti UW Medicine yang memimpin proyek tersebut.
Studi tersebut juga tidak menemukan bukti hydroxychloroquine dapat mengurangi tingkat gejala pada orang yang terinfeksi.
"Saya pikir temuan ini konsisten dengan uji coba acak terkontrol lainnya ... bahwa hydroxychloroquine, berdasarkan bukti kuat yang kami miliki hingga saat ini, tidak memiliki dampak yang signifikan secara klinis pada akuisisi (novel coronavirus) atau pengobatan COVID-19," jelas Barnabas. Demikian dikutip dari Stuff, Senin (26/10/2020).
Hydroxychloroquine pada awalnya digunakan untuk mengobati malaria. Pro dan kontra mengenai penggunaan obat ini untuk pengobatan COVID-19 masih terus bergaung.
(ask/fay)