Mahasiswa di Semarang Bikin Alat Deteksi Orang Tanpa Masker
Hide Ads

Mahasiswa di Semarang Bikin Alat Deteksi Orang Tanpa Masker

Angling Adhitya Purbaya - detikInet
Selasa, 20 Okt 2020 23:00 WIB
Alat Deteksi Wajah Tanpa Masker
Mahasiswa di Semarang Bikin Alat Deteksi Orang Tanpa Masker (Foto: Angling Adhitya Purbaya/detikcom)
Semarang -

Masih banyak orang bandel yang tidak mau memakai masker di saat pandemi Corona. Memang butuh alat deteksi khusus untuk mengingatkan mereka.

Fakultas Teknik (FT) Universitas Dian Nuswantoro (Udinus) Semarang mengembangkan alaat deteksi suhu sekaligus mendeteksi orang yang tidak bermasker. Alat tersebut akan berbunyi ketika ada orang tak bermasker lewat di depannya.

Alat dirancang oleh Program Studi S-1 Teknik Elektro dan dibuat oleh mahasiswa dan alumni Program Studi Teknik Elektro dengan bimbingan tenaga pengajar Helmy Rahadian. Alat tersebut berupa thermal camera dengan resolusi 8x8 sensorik.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Alat akan berbunyi jika orang yang dipindai memiki suhu tubuh 37 derajat celcius atau sesuai dengan pengaturan. Alat juga akan berbunyi pada orang yang tidak menggunakan masker.

"Untuk suhunya bisa diatur, nah kalau tidak pakai masker akan bunyi," kata Tim Pengembangan alat pendeteksi suhu dan masker berbasis jaringan tiruan, Helmy Rahardian di kampus Udinus, Semarang, Selasa (20/10/2020).

ADVERTISEMENT

Lalu apa kelebihannya dibanding dengan thermal kamera yang lain? Helmy menjelaskan selain bisa mendeteksi soal masker, bisa juga disesuaikan keinginan misalnya pendeteksi identitas ketika digunakan di lingkungan kampus.

"Bisa custom, misal di Udinus bisa ter-record siapa-siapa saja di gedung ini misal si A tidak pakai masker, suhu tiggi, untuk pelacakan," jelasnya.

Selain itu, Ketua Program Studi Teknik Elektro Udinus, M Ary Heryanto mengatakan untuk harga jauh dari yang ada di pasaran yang sampai puluhan juta. Untuk alat dari Udinus tersebut jika dipasarkan memiliki harga sekitar Rp 7 juta-8 juta.

"Ini di luar monitor Rp 7-8 jutaan, kita pakai PC yang kecil," kata Ary.

Saat ini alat tersebut digunakan di internal kampus Udinus, namun jika ada yang memesan maka bisa diproduksi. Untuk monitor, pembeli bisa menyiapkan sendiri, bahkan menggunakan laptop pun bisa. Alat tersebut masih terus dikembangkan agar bisa mencakup lebih banyak orang saat mendeteksi.

"Kami siap kalau ada instansi atau manapun yang memerlukan. Ini sudah 98 persen siap produksi," tandasnya.




(fay/fay)