Mesin waktu atau perjalanan waktu mengilhami banyak film fiksi ilmiah seperti Avengers: End Game. Akan tetapi, apakah secara sains memungkinkan? Simak pendapat beberapa ilmuwan.
Perjalanan waktu banyak dibahas berdasarkan teori yang awalnya diketengahkan oleh Albert Einstein. Dalam skala tertentu, perjalanan waktu memang memungkinkan. Teori relativitas khusus Einstein menyatakan bahwa waktu bisa melambat tergantung seberapa cepat seseorang bergerak.
Misalnya saja dalam kecepatan cahaya, orang yang berada di antariksa secara teori akan bertambah usianya lebih lambat daripada kembarannya yang ada di Bumi. Kemudian dalam teori relativitas umum Einstein, gravitasi juga bisa mempengaruhi waktu.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Teori tersebut dibuktikan oleh teknologi satelit GPS. Dikutip detikINET dari Live Science, Sabtu (17/10/2020) efek dari gravitasi dan juga kecepatan satelit yang meningkat di atas Bumi dibandingkan di bawah, membuat waktu di atas bergerak 38 mikrodetik lebih lambat.
Pernah pula ada percobaan menggunakan dua jam yang diatur ke waktu yang sama persis. Satu jam tetap berada di Bumi, sementara yang satunya terbang dengan pesawat yang bergerak dengan arah yang sama dengan perputaran Bumi.
Setelah pesawat terbang ke seluruh dunia, para ilmuwan membandingkan kedua jam itu. Hasilnya? Jam di pesawat bergerak sedikit terlambat dibandingkan jam yang ada di darat. Sederhananya, jam di pesawat terbang sedikit lebih lambat dalam waktu dari 1 detik per detik.
Relativitas umum juga mengutarakan skenario perjalanan waktu kembali ke masa silam. Salah satu kemungkinannya adalah dengan pergi lebih cepat dari cahaya yang kecepatannya 299.792 kilometer per jam dalam kondisi vakum. Tentu belum ada teknologi yang memungkinkan manusia melakukan hal seperti itu.
Pernah pula dilontarkan teori tentang jembatan yang dapat melalui ruang dan waktu, kadang disebut lubang cacing atau wormhole. Wormhole memungkinkan sebuah obyek berjalan dari suatu titik ke titik yang lain lebih cepat dari cahaya.
"Ide dasarnya adalah Anda bisa membuatnya tidak hanya sebagai jalan pintas dari sebuah titik di ruang ke titik lain, tapi juga jalan pintas dari sebuah momen di waktu ke momen lain juga di waktu," kata Profesor Brian Greene dari Columbia University. Namun sejauh ini, belum pernah ditemukan eksistensi wormhole untuk dijadikan semacam mesin waktu.