Tata Surya Kita Bentuknya Seperti Roti Croissant Kempis
Hide Ads

Tata Surya Kita Bentuknya Seperti Roti Croissant Kempis

Rachmatunnisa - detikInet
Rabu, 12 Agu 2020 06:02 WIB
heliosfer
Dalam gambar ini Heliosfer menghalangi sinar kosmik yang ditampilkan sebagai garis-garis terang yang mencapai planet-planet di tata surya kita. Foto: NASA/Conceptual Image Lab.
Jakarta -

Gelembung ruang pelindung tata surya kita bukan berbentuk seperti komet, melainkan mirip roti croissant yang kempis. Demikian studi terbaru yang diungkapkan para ilmuwan di NASA.

Sebelumnya, para ilmuwan menyebutkan bahwa heliosfer, gelembung ruang pelindung tata surya yang didominasi partikel bermuatan dan medan magnet, memiliki ujung bulat dan ekor yang memanjang seperti komet.

Nyatanya, bentuk heliosfer lebih aneh dan lebih kompleks. Memang sulit memetakan heliosfer, karena tepi terdekatnya saja masih berjarak 16 miliar kilometer dari Bumi.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sejauh ini hanya dua pesawat ruang angkasa, yakni Voyager 1 dan Voyager 2 milik NASA, yang telah secara langsung mengambil sampel di perbatasan heliosfer. Dan data dari dua titik tepi tata surya pun masih jauh dari cukup untuk menggambarkan kontur heliosfer.

Maka, para ilmuwan pun melakukan cara lain. Seperti dikutip dari Space.com, mereka mempelajari pengukuran sinar kosmik galaksi, partikel bermuatan super-energik yang memperbesar lingkungan kita dari jarak yang sangat jauh.

ADVERTISEMENT

Mereka juga dengan hati-hati melacak 'atom netral energik' yang memantul ke Matahari setelah berinteraksi dengan medium antarbintang, lautan kosmik luas yang terletak di luar heliosfer.

Pelacakan semacam itu telah dilakukan oleh berbagai wahana antariksa, termasuk Interstellar Boundary Explorer dan Cassini Saturn milik NASA. Ilmuwan kemudian memasukkan informasi ini ke dalam model komputer untuk memetakan bentuk heliosfer.

heliosferModel 3D menunjukkan bentuk gelembung pengaruh Matahari. Heliosfer (warna kuning) berbentuk croissant yang mengempis. Foto: Merav Opher.

Studi yang dipublikasikan Maret 2020 di jurnal ilmiah Nature Astronomy ini mengemukakan pandangan baru pada data tersebut, termasuk pengukuran 'ion-ion' yang dibuat oleh wahana New Horizons Pluto NASA yang saat ini berada lebih dari 6,9 miliar km dari Bumi.

Ion pick-up dibawa bersama oleh angin Matahari. Aliran ini diblokir oleh media antarbintang untuk membentuk batas heliosfer. Ion penjemputan punya suhu jauh lebih panas daripada partikel, dan ini yang membentuk sebagian besar angin Matahari yang berkontribusi pada bentuk aneh heliosfer.

"Ada dua arus yang bercampur, yaitu satu komponen yang sangat dingin dan satu komponen yang jauh lebih panas, ion penarik," kata penulis utama penelitian ini, Merav Opher profesor astronomi dari Boston University.

"Jika kita memiliki arus dingin dan panas, dan menaruhnya di luar angkasa, mereka tidak akan bercampur melainkan kebanyakan akan berkembang secara terpisah. Yang kami lakukan adalah memisahkan kedua komponen angin Matahari ini dan memodelkan bentuk 3D heliosfer yang dihasilkan," urainya.

Dan dari pemodelan bentuk 3D tersebut, para peneliti memutuskan bentuk heliosfer tata surya seperti croissant yang tidak mengembang sempurna, dengan tonjolan di pusat melengkungnya.

"Karena ion pick-up mendominasi termodinamika, semuanya akan sangat bulat. Tetapi karena mereka meninggalkan sistem dengan sangat cepat, seluruh heliosfer mengempis," simpulnya.




(rns/afr)