#JumatBerkah, Ini Penjelasan Berbuat Kebaikan Secara Ilmiah
Hide Ads

#JumatBerkah, Ini Penjelasan Berbuat Kebaikan Secara Ilmiah

Rachmatunnisa - detikInet
Jumat, 03 Jul 2020 10:25 WIB
Precious moments of love. Close up portrait of handsome bearded guy kissing his girlfriend in cheek while she hugging him. Lady closing eyes with pleasure and smiling
#JumatBerkah, Ini Penjelasan Berbuat Kebaikan Secara Ilmiah. Foto: iStock

Tetapi jika seseorang mendekati induk beruang saat itu, ia mengatur mekanisme ancaman di otaknya pada area yang sama. Dengan demikian, beruang ini secara bersamaan menjadi penuh kasih dan murah hati tetapi juga bersifat agresif dan berbahaya.

Hal yang sama terjadi pada manusia. Beberapa orang yang murah hati kepada keluarga dan teman dekat, akan menjadi lebih marah ketika merasa terancam oleh orang. Hare merujuk pada polarisasi sebagai contohnya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Kelompok yang lebih terisolasi lebih mungkin merasa terancam oleh orang lain dan mereka cenderung secara moral terpinggirkan, tidak manusiawi, dan itu membuka pintu menuju sifat jahat," terangnya.

ADVERTISEMENT

Bikin Tubuh Lebih Sehat

Tetapi secara keseluruhan, tubuh kita tidak hanya diprogram untuk bersikap baik. Tubuh ini dilihat dari sisi sains menghargai kita ketika bersikap baik, kata para ilmuwan.

"Melakukan kebaikan membuat Anda lebih bahagia, dan menjadi lebih bahagia membuat Anda melakukan lebih banyak tindakan baik," kata ekonom tenaga kerja Richard Layard, yang mempelajari tentang kebahagiaan di London School of Economics.

Profesor Sonja Lyubomorsky, psikolog dari University of California Riverside telah menguji konsep itu dalam berbagai percobaan selama lebih dari 20 tahun dan berulang kali menemukan bahwa orang merasa lebih baik secara psikologis ketika mereka berbuat baik kepada orang lain, bahkan merasa lebih daripada ketika mereka berbuat baik pada diri sendiri.

"Sebuah tindakan kebaikan berdampak sangat kuat," kata Lyubomirsky.

Kebaikan bukan hanya berdampak bagus pada emosi, tetapi juga fisik. Lyubomirsky dalam studinya yang melibatkan orang dengan multiple sclerosis, menemukan bahwa mereka merasa lebih baik secara fisik ketika membantu orang lain.

Dia juga menemukan bahwa pada orang yang melakukan lebih banyak tindakan kebaikan, gen yang memicu peradangan lebih banyak tertolak ketimbang yang tidak.

"Dalam penelitian terbaru saya, ditemukan lebih banyak gen antivirus pada orang yang banyak melakukan tindakan kebaikan," tutupnya.

Yuk, jadikan berbuat baik sebagai kebiasaan gak hanya di #JumatBerkah. Kebaikan tidak harus sesuatu yang besar, tapi bisa dimulai dari hal sederhana seperti menolong membukakan pintu, menyapa teman dengan ramah, mengucapkan terima kasih pada petugas keamanan di kantor, atau bilang tolong saat meminta bantuan.

(rns/rns)