Richard pun menuding bahwa ilmuwan China mungkin melakukan eksperimen virus Corona di kelelawar dan kemudian bocor melalui sebuah celah keamanan di laboratorium. "Ini memang sesuatu yang berisiko jika Anda membuat kesalahan," kata Richard.
"Hal ini membangkitkan isu, jika China mengakui bertanggungjawab, apakah mereka akan bayar ganti rugi? Saya pikir hal ini akan membuat setiap negara berpikir kembali bagaimana mereka berelasi dengan China," cetus Richard yang dikutip detikINET dari Metro.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Akan tetapi setelah ditelusuri, artikel ilmiah dimaksud telah direvisi beberapa kali dan ada penelitinya yang mundur sehingga kredibilitas riset dipertanyakan. Beberapa ilmuwan lain juga meragukannya.
Namun memang diklaim dalam penelitian tersebut bahwa virus COVID-19 punya ciri khas unik yang tidak bisa berkembang secara alami. Penelitian itu sejauh ini belum diterima untuk dipublikasikan di jurnal ilmiah manapun.
Wuhan Institute of Virology yang kebetulan berada di kota Wuhan memang belakangan gencar dituding bertanggungjawab atas wabah Corona, dengan kemungkinan virus itu dibuat atau bocor dari sana. Tapi belum ada buktinya sama sekali dan sudah berulangkali dibantah.
"Cerita virus Corona berasal dari Wuhan Institute of Virology adalah rekayasa. Lembaga kami tidak tahu, meneliti atau menyimpan virus ini sebelumnya," kata Wang Yanyi, direktur lembaga tersebut.