Ahli primata memperingatkan bahwa pandemi virus Corona juga bisa mengancam berbagai spesies kera besar yang merupakan relatif terdekat manusia.
Peringatan ini dimuat dalam kolom di jurnal Nature yang mengatakan kera besar rawan terhadap penyakit pernapasan yang diderita manusia. 25 Penulis kolom ini menyerukan pentingnya untuk membatasi kontak manusia dengan kera besar di alam liar, suaka dan kebun binatang, hingga risiko COVID-19 menurun.
"Pandemi COVID-29 adalah situasi yang kritis bagi manusia, kesehatan dan ekonomi kami," kata ahli ekologi penyakit dari Emory University Thomas Gillespie, seperti dikutip detikINET dari Phys, Kamis (9/4/2020).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Ini juga situasi yang mengerikan bagi kera besar. Ada banyak yang dipertaruhkan bagi mereka yang terancam punah," sambungnya.
Beberapa kera besar termasuk simpanse, bonobo dan gorila yang hidup di Afrika bagian sub-Sahara, dan orang utan yang hidup di hutan hujan di Indonesia dan Malaysia.
International Union for Conservation of Nature (IUCN) menggolongkan simpanse dan bonobo sebagai spesies terancam, sedangkan gorila dan orang utan digolongkan sebagai terancam kritis. Keberadaan mereka semakin terancam karena berkurangnya habitat, perburuan dan penyakit.
Paparan terhadap virus yang menyebabkan gejala ringan pada manusia, seperti flu biasa, bisa mengakibatkan kematian pada primata di alam liar. Karena virus corona yang menyebabkan COVID-19 terbukti berbahaya bagi manusia, ahli mengkhawatirkan penyakit ini juga bisa berbahaya bagi kera besar.
Apalagi ada bukti yang menemukan bahwa COVID-19 bisa ditularkan oleh orang yang hanya memiliki gejala ringan dan bahkan oleh mereka yang tidak memiliki gejala.
Untuk itu, para ahli meminta kegiatan pariwisata dan penelitian yang melibatkan primata untuk ditutup terlebih dahulu. Kebun binatang dan suaka alam di mana manusia berhubungan dekat dengan primata juga diminta melakukan hal serupa.
"Sebagai profesional yang bekerja dengan kera besar, kami memegang tanggung jawab untuk melindungi mereka dari patogen kami," kata Gillespie.
"Kami berharap untuk yang terbaik tapi kami harus bersiap untuk yang terburuk dan mempertimbangkan secara kritis dampak dari aktivitas kami terhadap spesies terancam ini," pungkasnya.
(vmp/fay)