Temuan Mengejutkan Pesawat NASA yang Dekati Matahari
Hide Ads

Temuan Mengejutkan Pesawat NASA yang Dekati Matahari

Fino Yurio Kristo - detikInet
Sabtu, 07 Des 2019 05:59 WIB
Ilustrasi wahana Parker dekati Matahari. Foto: NASA
Jakarta - Pesawat antariksa NASA, Parker Solar Probe, telah terbang mendekati Matahari dalam jarak yang paling rapat di antara wahana sebelumnya. Wahana ini pun mengirimkan data-data yang cukup mengejutkan.

Parker Solar Probe diluncurkan pada tahun 2018 dan saat ini jaraknya 24 juta kilometer dari Matahari. Meski angka itu tampak jauh, sebenarnya sangat dekat untuk hitungan di antariksa, kurang dari separuh jarak antara planet Merkurius dengan Matahari.

Dikutip detikINET dari Guardian, kiriman data dari Parker diharapkan membantu menyingkap beberapa misteri, termasuk kenapa atmosfer Matahari yang disebut sebagai korona, ratusan kali lipat lebih panas dibandingkan permukaannya. Kemudian juga asal muasal persis dari angin surya atau angin Matahari.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Angin surya yang tidak bisa diprediksi itu mampu memicu gangguan pada bidang magnetis planet kita dan bisa mengacaukan teknologi komunikasi di Bumi.


"Tiga kali pendekatan wahana sejauh ini spektakuler. Kami bisa melihat struktur magnetis dari korona, yang memberitahu kita bahwa angin Matahari muncul dari lubang kecil korona," kata Profesor Stuart Bale dari University of California, Berkeley.
Temuan Mengejutkan Pesawat NASA yang Dekati MatahariSalah satu foto yang dijepret Parker. Foto: NASA

"Kami melihat aktivitas impulsif, pancaran besar atau peralihan kembali (switchbacks), yang kami pikir berhubungan dengan asal muasal angin Matahari. Dan kami juga terkejut dengan keganasan lingkungan debu di Matahari," papar dia.

Sebelumnya, ilmuwan mengamati bahwa angin Matahari tampak punya dua komponen, satu yang cepat bergerak sekitar 700 kilometer per detik dan jenis yang lambat bergerak di bawah 500 kilometer per detik. Adapun asalnya belum diketahui.

Wahana Parker telah melacak bahwa angin Matahari jenis yang lambat, kembali ke lubang korona di sekitar ekuator Matahari yang sebelumnya belum diobservasi. Pengamatan Parker juga mungkin menjelaskan kenapa korona begitu panas.

"Korona itu jutaan derajat Celcius, tapi permukaan Matahari hanya ribuan. Misalnya seperti permukaan Bumi temperaturnya sama, tapi atmosfernya ribuan derajat suhunya. Bagaimana penjelasannya?," ujar Profesor Tim Hrobury dari Imperial College London.

Observasi yang dilakukan Parker mengungkap bahwa partikel di angin Matahari tampaknya dilepaskan secara eksplosif, bukan radiasi aliran yang tenang. "Jadinya bang, bang, bang," kata Horbury.

Pelepasan energi yang cepat dari dalam Matahari ke atmosfer bisa menjelaskan kenapa atmosfernya begitu tinggi suhunya dibandingkan permukaannya.

Kejutan lain adalah begitu banyak debu di area yang dekat dengan Matahari. Dalam jarak yang paling dekat dengan orbit Matahari, wahana Parker dihujani dengan debu, terekam di kameranya yang beresolusi tinggi.

Kemungkinan, debu itu adalah sisa-sisa dari asteroid dan komet yang terlalu dekat dengan Matahari, sehingga hancur, dan meninggalkan jejak debu.


Temuan Mengejutkan Pesawat NASA yang Dekati Matahari


Parker nantinya akan terbang begitu dekat dengan Matahari sampai jarak 6 juta kilometer dari permukaannya. Itu 7 kali lebih dekat dari misi sebelumnya, Helios 2 yang diterbangkan tahun 1976.

Kondisi ekstrim yang dihadapi Parker membutuhkan material khusus dan desain pesawat yang tidak konvensional. Tameng panasnya dari keramik putih, yang dapat menghadapi temperatur sampai 1.400 derajat Celcius.

Parker bergerak amat cepat. Diperkirakan akan menembus kecepatan sampai 700 ribu kilometer per jam pada tahun 2024.