Hiii! Tikus di Australia Bisa Membedah Mangsanya
Hide Ads

Hiii! Tikus di Australia Bisa Membedah Mangsanya

Fitraya Ramadhanny - detikInet
Selasa, 19 Nov 2019 07:59 WIB
Tikus Rakali melawan kodok tebu (iStock)
Jakarta - Ilmuwan menemukan hewan unik di Australia. Ada tikus air yang memangsa kodok beracun, dengan cara dibedah. Memangnya dokter?

Tapi itulah kelakuan tikus Rakali (Hydromys chrysogaster) yang ada di Kimberley, Western Australia. Mereka memangsa kodok tebu (Rhinella marina) yang dikenal beracun.

Hal ini terungkap dalam jurnal Australian Mammalogy seperti dilihat detikcom, Senin (18/11/2019). Marissa Parrott dan timnya meneliti kelakuan tikus Rakali dalam berburu mangsa.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sebelumnya banyak predator menjadi korban kodok beracun ini, seperti menurunnya populasi biawak di daerah yang sama. Biawak mati saat memakan kodok tebu, tapi tidak dengan tikus Rakali. Mereka bisa memangsa kodok tebu yang beracun.


"Tikus air liar suka memangsa kodok yang lebih besar dan memakan hanya bagian tubuh yang tidak beracun," kata Parrott dalam laporan penelitiannya.

Bagian tubuh kodok yang tidak beracun salah satunya adalah jantungnya. Bagaimana caranya? Si tikus dengan menggunakan cakar dan giginya membelek badan kodok, tepat di bagian jantungnya. Betul-betul presisi, seperti dibedah oleh dokter. Diambil jantungnya, kodok tebu pasti mati.

Setiap hari di lokasi penelitian, tim ilmuwan menemukan kodok tebu mati dengan kondisi dibedah oleh para tikus. Rupanya bukan cuma jantung yang dibedah. Tikus cerdas ini juga memakan liver, mengupas kulit beracun pada kaki kodok lalu memakan daging otot pahanya yang tidak beracun.


"Tikus-tikus ini antara belajar cepat terhadap tingkah laku baru ini atau beradaptasi dari berburu kodok lokal," kata Parrott.

Sebelumnya tikus Rakali dikenal sebagai pemangsa ikan dan yabby alias udang lumpur air tawar. Sedangkan kodok tebu awalnya dibawa ke Australia tahun 1930-an di Queensland untuk mengatasi hama kumbang yang merusak perkebunan tebu. Namun, kodok ini bersifat invasif dan akhirnya mengganggu ekosistem karena mematikan para predator.

Kemampuan tikus Rakali berburu kodok tebu disambut baik para ilmuwan. Mereka berharap keseimbangan alam bisa kembali terjadi.


(fay/fay)