Titanoboa, Ular Purba Raksasa yang Lebih Besar dari Raja Piton
Hide Ads

Titanoboa, Ular Purba Raksasa yang Lebih Besar dari Raja Piton

Fino Yurio Kristo - detikInet
Selasa, 17 Sep 2019 10:38 WIB
Titanoboa, Ular Purba Raksasa yang Lebih Besar dari Raja Piton
Ilustrasi Titanoboa. Foto: istimewa
Jakarta - Ular piton besar yang mati di Kalimantan, jadi perbincangan para netizen. Tapi, ular jumbo itu belum ada apa-apanya dibandingkan ukuran ular purba raksasa Titanoboa cerrjonensis.

Hewan dari zaman purba ini adalah ular terbesar yang pernah ditemukan sepanjang sejarah. Seperti apa fakta menariknya?

Bayangkan saja, Titanoboa dapat mencapai panjang sekitar 13 meter, mungkin setara dengan sebuah bus. Kemudian beratnya bisa tembus 1.135 kilogram alias lebih dari 1 ton.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Bandingkan dengan anakonda hijau, ular terberat dunia saat ini, bobotnya 'hanya' sampai 250 kilogram. Sedangkan spesies phyton terpanjang di dunia, cuma mencapai 10 meter.


Fosil Titanoboa ditemukan pada tahun 2009 di tambang batu bara di Cerrejon di Kolombia, oleh sekelompok ilmuwan. "Lebarnya bisa sampai ke pinggul manusia," sebut P David Polly dari Indiana University yang termasuk tim penelitinya ketika itu.

(ke halaman selanjutnya)

Titanoboa, Ular Purba Raksasa yang Mengerikan

Foto: istimewa
"Mungkin seperti anakonda, ia menghabiskan banyak waktu di air. Ia perlu banyak makan. Mangsa apa tepatnya kami tidak tahu. Namun mungkin termasuk aligator, ikan besar atau buaya," papar David, yang mempublikasikan risetnya di jurnal Nature.

Hewan ini diperkirakan hidup sekitar 58 sampai 60 juta tahun silam di hutan hujan Kolombia. Ia hidup berdampingan dengan binatang purba seperti buaya dan kura-kura besar.

Buaya kemungkinan jadi mangsanya lantaran habitat mereka yang berdekatan. Itu karena tentu mereka akan kesulitan memakan kura-kura, apalagi kalau bukan terkait cangkangnya yang keras.

Berdarah dingin, temperatur panas di Bumi pada masa itu memungkinkan ular punya tubuh jauh lebih besar dibandingkan masa modern. Temperatur di habitatnya kemungkinan 32 derajat Celcius, lebih tinggi dari masa sekarang yang 28 derajat Celcius.

Menurut teori yang dikemukakan ilmuwan, ular yang hidup di iklim tropis beroperasi dalam angka metabolisme jauh lebih tinggi. Jadi mereka punya peluang tumbuh menjadi 'raksasa'.

Halaman 2 dari 2
(fyk/rns)