Anehnya, tidak ada seorang pun yang merasakannya, walau cakupannya begitu luas. Terlebih, asal muasal gelombang tersebut juga masih misteri.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sayang, tidak ada satu pun teori yang memiliki bukti kuat. Mari kita mulai dari yang pertama.
Para peneliti yakin bahwa terakhir kali terjadinya erupsi gunung berapi di kawasan tersebut adalah lebih dari 4.000 tahun lalu. Selain itu, tidak ada bukti juga di permukaan, seperti batu apung, yang biasa terlihat setelah erupsi gunung berapi bawah laut berlangsung.
Terlebih, seismolog asal Inggris, Jamie Gurney, mengatakan erupsi semacam itu tidak menghasilkan sinyal seperti gelombang seismik misterius itu. Ia bahkan menyebut dirinya tidak tahu ada sinyal serupa yang pernah diketahui sebelumnya.
Sedangkan Goran Ekstrom, seismolog dari Columbia University, beranggapan bahwa gelombang tersebut terjadi karena gempa Bumi ringan. Pergesekan lempeng yang menyebabkan peristiwa itu terjadi dalam kurun waktu beberapa menit hingga beberapa jam.
Biasanya, pergesekan lempeng pada gempa Bumi hanya berlangsung beberapa detik saja. Gempa Bumi ringan ini biasanya berkaitan dengan aktivitas gunung berapi, sebagaimana detikINET kutip dari Newshub, Jumat (30/11/2018).
Kemungkinan lainnya adalah runtuhnya kantung magma di bawah permukaan Bumi setelah isinya kering. Nah, teori ini ternyata jadi pegangan para peneliti asal Prancis untuk melakukan investigasi.
Sekadar informasi, Mayotte memang masih berada di bawah naungan Prancis. Itu sebabnya negeri asal Napoleon Bonaparte itu yang berperan besar dalam mengobservasi anomali tersebut.
Nantinya, mereka berencana untuk menyelam ke bawah laut untuk mengobservasi dasar laut. Tujuannya adalah untuk mencari apakah ada gunung berapi bawah laut yang belum terdeteksi atau tidak, yang mungkin bisa menjadi penyebab gelombang seismik misterius itu.