Pesawat bernama Parker Solar Probe itu akan terbang dengan jarak 6,4 juta km dari matahari, paling dekat dibandingkan dengan pesawat-pesawat yang sebelumnya. Sebagai perbandingan, jarak bumi dari matahari berkisar dari 146 juta km sampai 152 juta km.
Karenanya dibutuhkan lapisan khusus untuk melindungi Parker Solar Probe dari panas matahari, terlebih karena pesawat itu juga akan bersinggungan dengan korona matahari, alias bagian luar atmosfirnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pelindung panas yang dipakai di pesawat tersebut dibuat dari dua lapis karbon komposit yang melapisi busa tebal yang ada di dalamnya. Meski tugasnya berat, pelindung ini bobotnya terbilang ringan, hanya 160 pon.
Bobot yang ringan ini adalah hal wajib, karena pesawatnya harus bisa mencapai kecepatan 430 ribu mil perjam, jadi bobotnya harus tetap terjaga. Syarat kedua dari pelindung tersebut jelas, yaitu bisa melindungi panas matahari yang super tinggi.
Jika berfungsi secara normal, bagian luar pelindung ini akan mencapai suhu 2.500 derajat Fahrenheit, sementara Parker Solar Probe suhunya terjaga di titik 85 derajat Fahrenheit.
![]() |
Meneliti Badai Matahari
Parker Solar Probe diterbangkan agar bisa meneliti aliran panas dari matahari yang terkadang bisa meningkat drastis karena adanya badai matahari. Aliran badai ini bisa berdampak pada kutub magnet bumi, badai geomagnet, mengganggu satelit, dan menciptakan aurora.
Fenomena inilah yang membuat NASA tertarik untuk meneliti badai matahari, dan memahami bagaimana fenomena badai terjadi, demikian dikutip detikINET dari The Verge, Selasa (10/7/2018).
Parker Solar Probe saat ini sudah hampir siap untuk diluncurkan. Peluncurannya sendiri akan dilakukan dengan menumpang roket Delta IV Heavy, yang dilakukan di Cape Canaveral, Florida, yang paling cepat diluncurkan pada 4 Agustus mendatang.