Laser yang secara formal dinamai 'directed energy weapons' sudah cukup lama digunakan Angkatan Darat AS walau manfaatnya masih terbatas. Kini tantangannya adalah mengimplementasikan teknologi tersebut di pesawat.
"Lockheed Martin terus mengembangkan sistem senjata laser dan teknologi yang membuatnya mungkin. Kami telah mendemonstrasikan kegunaan energi itu untuk menangkis ancaman di darat dan nantinya di udara," sebut Rob Afzal, pakar senjata dari Lockheed Martin.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Laser di pesawat temput harus bekerja di tempat lebih kecil dan harus kebal terhadap dampak getaran, temperatur dan G force. "Memang benar-benar tantangan baru dan berbeda untuk memasukkan sistem laser di platform lebih kecil di pesawat," kata Rob.
"Tapi sistem senjata laser ini menjadi semakin nyata. Teknologinya sudah siap untuk diproduksi, dijajal dan diimplementasikan baik di pesawat, kendaraan di darat ataupun kapal," jelas Rob yang dikutip detikINET dari Gizmodo, Kamis (9/11/0217).
Program senjata laser AS sendiri dinamai Self-protect High Energy Laser Demonstrator (SHiELD). Ada tiga komponen utama yang digunakan. Perusahaan Northrop Grunman saat ini sedang mengerjakan sistem kontrol pemancar laser yang disebut STRAFE, yang akan digunakan untuk mengarahkan tembakan ke sasaran.
Kemudian Boeing mengembangkan teknologi untuk mendayai dan mendinginkan sistem laser itu. Sedangkan Lockheed Martin sendiri bertugas mengerjakan senjata lasernya agar semakin ampuh. Jika semua berjalan lancar, akan diujicoba di pesawat tempur, rencananya di tahun 2021.
Memang masih banyak pertanyaan soal proyek ini. Misalnya seberapa kuat sinar laser itu dalam menghajar musuh. Kemudian, pesawat jenis apa yang akan membawanya. Namun demikian setidaknya, proyeknya sudah dimulai sehingga semakin dekat pada kenyataan. (fyk/rou)