Melihat Bumi yang Terancam Sakit Parah
Hide Ads

FotoINET

Melihat Bumi yang Terancam Sakit Parah

Istimewa - detikInet
Selasa, 07 Mei 2019 13:49 WIB

Jakarta - Alam di mana-mana mengalami penurunan kondisi yang belum pernah terjadi sebelumnya, terutama karena kelakuan manusia.

Di darat, laut dan udara, kerusakan yang dilakukan manusia pada Bumi semakin terlihat. Laporan terbaru dari Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) memberi gambaran mengerikan, sejuta spesies binatang dan tumbuhan terancam punah. Foto: Getty Images

Alam di mana-mana mengalami penurunan kondisi yang belum pernah terjadi sebelumnya. Pemicu utama adalah kebutuhan manusia akan energi dan makanan kian melonjak. "Kepunahan spesies global sudah puluhan ribu kali lebih tinggi dibandingkan 10 juta tahun terakhir," sebut Intergovernmental Science-Policy Platform on Biodiversity and Ecosystem Services (IPBES), komite PBB yang laporannya ditulis 145 pakar dari 50 negara. Foto: Getty Images

Pembuatan dam di hutan Amazon, Brasil. habitat yang menyusut, eksploitasi sumber daya alam, perubahan iklim dan polusi merupakan alasan utama kepunahan pesat banyak spesies. Hal itu menimbulkan ancaman pada 40% amfibi, 33% terumbu karang dan lebih dari sepertiga mamalia laut. Foto: Getty Images

Habitat yang menyusut, eksploitasi sumber daya alam, perubahan iklim dan polusi merupakan alasan utama kepunahan pesat banyak spesies. Hal itu menimbulkan ancaman pada 40% amfibi, 33% terumbu karang dan lebih dari sepertiga mamalia laut. Foto: Reuters

Di samping perubahan iklim, manusia adalah 'tersangka' utama kerusakan biodiversitas. Kita telah mengubah 75% daratan dan 66% ekosistem laut sejak masa pra industri. Populasi dan permintaan sumber daya yang terus bertambah mengakibatkan pengaruh buruk. Foto: Getty Images

Populasi manusia meroket lebih dari dua kali lipat, dari 3,7 miliar menjadi 7,6 miliar, hanya dalam 50 tahun terakhir. Dan gross domestic product (GDP) per orang menjadi empat kali lebih tinggi. Foto: Getty Images

Lebih dari sepertiga daratan dan 75% suplai air digunakan untuk produksi bahan makanan serta ternak. "Begitu kecil bagian dari Bumi ini yang belum secara signifikan diubah oleh kita. Kita perlu beraksi sebagai pengurus Bumi," tandas Sandra Diaz, salah satu penulis laporan itu. Foto: Getty Images

Ikan-ikan dieksploitasi dalam tingkat mencengangkan, dengan 33% pasokan ikan dituai dalam level yang tidak aman pada 2015. Penyebabnya apalagi kalau bukan permintaan makanan yang makin melaju. Foto: Getty Images

Polusi plastik telah meningkat 10 kali lipat sejak tahun 1980, dengan rata-rata 300 sampai 400 ton sampah dibuang ke perairan tiap tahun. Polusi yang menerpa ekosistem laut telah menyebabkan 400 'zona mati' di samudera, dengan area lebih luas dari Inggris raya. Wilayah mati itu sangat kekurangan oksigen sehingga sangat sulit mendukung kehidupan lautan. Foto: Pradita Utama

Belum lagi sampah di daratan yang juga luar biasa banyaknya. Foto: Getty Images

Es yang mencair karena perubahan iklim. Ilmuwan menilai pada saat ini belum terlambat untuk memperbaiki Bumi. "Tidak terlambat untuk membuat perbedaan, tapi jika hanya kita memulai sekarang di setiap level dari lokal ke global,' sebut Watson. Foto: Getty Images

Hal itu membutuhkan perubahan besar dalam sistem ekonomi dan mindset sosial serta politik. Pemerintah harus membuat gebrakan drastis sekarang juga untuk menghindari masa depan suram dalam 10 sampai 20 tahun ke depan ketika keamanan makanan dan iklim menjadi rentan. Foto: Getty Images

(/)