#BoycottChina Menggema di India, PUBG Dibawa-bawa
Hide Ads

#BoycottChina Menggema di India, PUBG Dibawa-bawa

Fino Yurio Kristo - detikInet
Sabtu, 20 Jun 2020 06:50 WIB
People holding mobile phones are silhouetted against a backdrop projected with the Twitter logo in this illustration picture taken in  Warsaw September 27, 2013.   REUTERS/Kacper Pempel/Illustration/File Photo
Ilustrasi. Foto: Reuters/Kacper Pempel
New Delhi -

Tagar #BoycottChina ramai di media sosial India menyusul tewasnya 20 tentara India oleh pasukan China di perbatasan Himalaya. Berbagai komentar disuarakan oleh netizen setempat dengan tagar itu.

Warga disarankan berhenti menggunakan produk asal China termasuk smartphone dan juga video game seperti PUBG Mobile yang adalah milik perusahaan Tencent dari China. Walaupun demikian, tetap muncul kritikan terhadap gerakan ini.

"Plis, stop pakai PUBG, UC browser, tiktok. Kita harus menghindari aplikasi dan produk China sebanyak mungkin," tulis seorang netizen.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Cara terbaik untuk boikot adalah meminta perusahaan telekomunikasi memblokir jaringan dari ponsel China dan seandainya mereka memakai perangkat China, lisensinya harus dibatalkan," tulis warganet bernama Rofi Gandhi.

Sebagian memposting rekaman video uninstall aplikasi dari Negeri Tirai Bambu. Misalnya game PUBG yang sangat populer di India. Walau demikian, ada pula suara kontra.

ADVERTISEMENT

"Padahal kita kan pakai ponsel China, memakai pula pakaian yang diproduksi oleh China, memakan makanan olahan China tapi kok malah meluncurkan tren #BoycottChina," cetus seorang netizen.

"Banyak orang yang tweet hashtag ini masih punya TikTok atau PUBG terinstal di ponselnya. Tidak ada yang lebih munafik dari orang itu," sergah komentar berikutnya.

Pengamat menilai apakah konflik ini akan berdampak besar pada produk China masih belum dapat dipastikan dan sejauh ini belum terlihat dampaknya. Perkembangannya akan bergantung pada pemerintah kedua negara untuk menyelesaikan persoalan.

"Konsumen memang mendengar pesan itu melalui berbagai platform media sosial dan emosi mereka bisa saja berdampak pada keputusan pembelian," cetus Pankaj Mohindroo, bos Consumer Electronics and Appliances Manufacturers Association (CEAMA) yang dikutip detikINET dari First Post.




(fyk/fay)