India dan China sedang berada dalam potensi konflik besar, menyusul bentrokan militer di wilayah Himalaya antara kedua negara yang menewaskan 20 tentara India. Seandainya terjadi perang, maka kerugian dari sisi ekonomi bisa sangat tinggi.
Setidaknya dalam 1 dekade ke belakang, India dan China saling membantu di sisi teknologi. Perusahaan China menggelontorkan miliaran dolar ke startup India. Merek smartphone seperti Xiaomi juga amat populer di India, demikian pula TikTok.
Konflik kedua negara bisa mengganggu harmoni itu. Dikutip detikINET dari CNN, sentimen anti China yang makin meningkat di India antara lain menyuarakan boikot pada produk dan layanan asal Negeri Tirai Bambu. India pun bisa merugi.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Banyak perusahaan yang mengimpor komponen atau uang dari China harus menemukan alternatif dengan cepat jika tensi meningkat," cetus Aneesh Srivastra, CEO Star Health and Allied Insurance Co.
Para produsen smartphone China punya pabrik di India yang membuka banyak tenaga kerja. Alibaba misalnya, juga mengucurkan investasi ke startup India. Sedangkan Huawei membantu pengembangan jaringan 5G di sana.
Menguatnya nasionalisme di India sempat dikritik media pemerintah China, Global Times. "Jika India membiarkan nasionalisme berpikiran sempit menyebar ke sains dan teknologi, hal itu akan merugikan mereka sendiri," tulis media itu.
Namun demikian, warga India diprediksi tidak banyak terpengaruh oleh konflik ini dan diperkirakan tetap membeli produk dari China seperti smartphone.
"Saya tidak berpikir situasi ini sungguh akan membuat perubahan dalam keputusan pembelian mereka. Mereka sangat tergantung pada ekosistem ponsel China tersebut, tidak ada pilihan lain," kata Kiranjeet Kaur, analis di biro riset IDC.
(fyk/asj)