Meningkatnya pegawai yang bekerja dari rumah (work from home - WFH) selama pandemi Corona berdampak pada meningkatnya risiko keamanan jaringan perusahaan.
Risiko keamanan itu akan meningkat jika perusahaan masih mempertahankan perangkat jaringan yang usang atau jadul. Pasalnya lonjakan konsumsi bandwidth dari karyawan yang WFH saja sudah cukup untuk menambah ketegangan pada jaringan.
"Di dalam 'normal baru' ini, akan banyak bisnis perlu, jika tidak dipaksa, untuk meninjau strategi jaringan dan keamanan arsitektur, operasional dan dukungan model untuk mengelola risiko operasional dengan lebih baik. Kami berharap untuk melihat perubahan strategi dalam menciptakan prioritas pada kelangsungan bisnis dan persiapan untuk masa depan jika sistem 'lockdown' mulai mereda," ujar Rob Lopez, Executive VP Intelligent Infrastructure NTT dalam keterangan yang diterima detikINET.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Infrastruktur jaringan perlu dirancang secara tepat dan dikelola untuk menghadapi lonjakan yang tidak direncanakan, di mana hal ini perlu untuk dilihat kembali baik di cloud dan infrastruktur fisik di perusahaan sehingga dapat mengurangi dampak dan frekuensi pemadaman bisnis," lanjutnya.
Perangkat yang usang mempunyai kerentanan setidaknya dua kali lebih besar untuk setiap perangkatnya dibanding perangkat yang lebih baru. Parahnya lagi, risiko akan semakin besar jika perusahaan menunda pembaruan perangkat, atau masih meninjau ulang pembaruan saat perangkat tersebut sudah habis masa pakainya.
Pasalnya untuk pembaruan perangkat perlu dilakukan secara bertahap. Bahkan seringkali negosiasi dengan pemilik teknologi berdasarkan perjanjian pemeliharaan atau perpanjangan garansi dapat dilakukan.
Kondisi new normal ini juga membuat perusahaan perlu melakukan penataan ulang terhadap cara kerjanya. Seperti penerapan ruang kerja yang cerdas untuk mengakomodasi physical distancing di kantor, dan tetap menerapkan kerja jarak jauh.
Sementara itu, dengan adopsi infrastruktur nirkabel baru yang meningkat - peningkatan 13% dari tahun ke tahun - dan munculnya kantor terbuka dan ruang kerja bersama, maka pendekatan baru untuk semua arsitektur jaringan akan sangat diperlukan.
Bisnis akan membutuhkan peralatan, pengetahuan, dan keahlian untuk dapat merancang ulang jaringan untuk evolusi 'normal baru' dalam jangka pendek, menengah dan panjang, di mana orang-orang bekerja dari jarak jauh, dan dengan perangkat apa pun - tidak saja dalam mendukung ruang korporasi tetapi juga area-area publik dan ritel di mana social distancing biasanya sulit untuk dilakukan.
Evolusi jaringan harus berjalan seiring dengan transformasi digital
Sebagai bagian dari strategi transformasi digital, organisasi-organisasi terkemuka sudah menggunakan jaringan untuk memungkinkan model bisnis baru (sebagai contoh Internet of Things) atau mengoptimalkan model operasional yang ada (sebagai contoh pelacakan aset).
Sebagai alternative lainnya, bisnis dapat berinvestasi dalam teknologi seperti halnya robotic process automation (RPA), sebagai bagian dari inisiatif transformasi digital mereka untuk menghemat biaya dan meningkatkan layanan dengan cara yang gesit.
Apa pun alasannya; transformasi digital membantu meningkatkan pengalaman pelanggan dan karyawan, didukung oleh jaringan. Inisiatif ini hanya akan dipercepat dengan dukungan infrastruktur yang relevan dan aman di 'normal baru' terutama yang berkaitan dengan inisiatif-inisiatif bisnis baik di area teknologi, operasional dan keuangan.
"Jaringan adalah platform untuk melakukan transformasi digital bisnis. Untuk itu, keberadaannya dimanapun, fleksibel, kuat dan aman untuk beradaptasi dengan mudah terhadap perubahan bisnis, sambil meningkatkan kematangan lingkungan pada dukungan operasionalnya. Bisnis yang menggunakan otomatisasi dan kecerdasan jaringan tingkat tinggi untuk mengoptimalkan operasionalnya akan memperoleh keunggulan kompetitif yang signifikan dan merealisasikan manfaat ekonomi cloud, dengan aman," tutup Lopez.