Amerika Terbangkan Astronaut, Rusia Tak Mau Kalah
Hide Ads

Amerika Terbangkan Astronaut, Rusia Tak Mau Kalah

Fino Yurio Kristo - detikInet
Senin, 01 Jun 2020 22:35 WIB
Vice President Mike Pence, his wife Karen, right, NASA administrator, Jim Bridenstine, center and CEO of SpaceX, Elon Musk, talk to the media after NASA astronauts Douglas Hurley and Robert Behnken left the Neil A. Armstrong Operations and Checkout Building on their way to Pad 39-A, at the Kennedy Space Center in Cape Canaveral, Fla., Wednesday, May 27, 2020. The two astronauts will fly on a SpaceX test flight to the International Space Station. For the first time in nearly a decade, astronauts will blast into orbit aboard an American rocket from American soil, a first for a private company. (AP Photo/John Raoux)
Penerbangan dua astronaut NASA pakai roket SpaceX. (Foto: AP/John Raoux)
Moskow -

Sebagai saingan Amerika Serikat dalam menjelajah antariksa, Rusia tentu mengamati peluncuran dua astronaut Negeri Paman Sam memakai roket SpaceX dan dilakukan di dalam negeri. Mereka memberi selamat tapi berjanji takkan tinggal diam.

Sejak tahun 2011, AS tidak pernah lagi menerbangkan astronaut ke International Space Station (ISS) untuk menekan biaya. Mereka nebeng platform Soyuz milik Rusia.

Meski mungkin tidak akan mendapat kontrak lagi, pihak Rusia mengaku tidak masalah. "Apa yang baru saja terjadi (peluncuran astronaut-red) seharusnya sudah kejadian jauh di masa silam," kata juru bicara lembaga antariksa Roscosmos, Vladimir Ustimenko.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Ia juga menyindir Presiden AS Donald Trump yang menurutnya berlebihan memandang peluncuran itu. "Histeria yang muncul setelah kesuksesan peluncuran pesawat Crew Dragon sulit dimengerti," tambahnya.

Akan tetapi meski kadang berseteru, Roscosmos menyampaikan rasa senang. "Sekarang, tidak hanya Rusia tapi juga Amerika yang bisa terbang ke ISS. Jadi itu hebat," papar Vladimir.

ADVERTISEMENT

Menurutnya, penting untuk memiliki wahana peluncuran ke ISS tambahan, tidak hanya mengandalkan pihak Rusia, untuk mengantarkan kargo maupun astronaut.

"Apapun bisa terjadi di antariksa, jadi Anda harus setidaknya punya dua sistem orbital yang mampu menjaga kehadiran kru dari beberapa negara di dalam ISS," tambah dia.

Dikutip detikINET dari RT.com, Rusia tentu tak ingin tersalip atau bahkan tertinggal dari Amerika yang belakangan kian agresif, bahkan ingin mendaratkan astronaut ke Bulan di tahun 2024. Mereka mengklaim akan menggelar program yang tidak kalah menarik.

"Tahun ini, kami akan menguji dua misil baru dan tahun depan, kami akan melanjutkan program eksplorasi Bulan kami. Ini akan menjadi menarik," pungkas Vladimir.

Namun demikian, kesuksesan Amerika meluncurkan wahana sendiri ke ISS mungkin menimbulkan kerugian besar bagi Roscosmos. Pasalnya setiap kursi yang disewa NASA di Soyuz untuk dipakai astronautnya bernilai sekitar USD 80 juta.

Seandainya SpaceX mampu menangani semua peluncuran, kerugian tahunan yang diderita Roscosmos bisa mencapai USD 200 juta. "Itu adalah kehilangan signifikan bagi anggaran tahunan Roscosmos yang sekitar USD 2 miliar," kata Andre Ionin, pakar dari Tsiolkovsky Space Academy.

Terlebih SpaceX mampu menekan harga sampai titik minimal, sekitar USD 60 juta per kursi. "SpaceX menghemat uang dengan menggunakan mesin murah dan membuat hampir seluruh komponennya sendiri. Untuk melakukan ini, Rusia harus mengubah proses produksinya," tutur Andre.

Halaman 2 dari 2
(fyk/fay)