e-Commerce Jadi Bulan-bulanan Hacker Saat PSBB Diterapkan
Hide Ads

e-Commerce Jadi Bulan-bulanan Hacker Saat PSBB Diterapkan

Agus Tri Haryanto - detikInet
Senin, 11 Mei 2020 18:00 WIB
Human hand on keyboard,isolated, selective focus, shallow depth of field, concept of work & technology.
E-Commerce Jadi Bulanan Hacker Saat Diterapkannya PSBB. Foto: Thinkstock
Jakarta -

Pemerintah menerapkan aturan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) guna menekan penyebaran virus Corona. Namun situasi tersebut malah dimanfaatkan sekelompok hacker untuk meretas platform e-commerce.

Hal itu disampaikan oleh Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo) Johnny G Plate.

Sebelumnya diketahui 91 juta data pengguna Tokopedia bocor, kemudian isu lama pembobolan Bukalapak mencuat kembali, dan terakhir dugaan peretasan hacker terhadap 1,2 juta data pribadi Bhinneka.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Ruang digital Indonesia dan beberapa negara lain diserang peretas. E-commerce atau daring bisnis diserang peretas, padahal e-commerce itu sekarang tulang punggung dalam menghadapi COVID-19 yang menerapkan kebijakan physical distancing," ujar Johnny, Senin (11/5/2020).

Menkominfo tak membicarakan secara spesifik berapa banyak serangan yang menghantam siber RI, khususnya di sektor e-commerce. Bila merujuk data Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN) ada 88,4 juta serangan siber yang berlangsung dari 1 Januari hingga 12 April 2020.

ADVERTISEMENT

Adapun jenis serangan yang paling banyak adalah, trojan activity 56%, information gathering 43%, dan web application attack 1%. Sedangkan serangan siber terkait COVID-19, BSSN menyebutkan ada 25 serangan siber, di mana 17 serangan target global dan 8 serangan menargetkan negara.

Menkominfo melanjutkan, untuk itu para perusahaan di bidang e-commerce harus terus-menerus memperkuat security system mereka, di samping bahwa perlindungan data pribadi penggunanya merupakan kewajiban penyelenggara sistem elektronik.

"Jadi, PSE wajib memiliki kebijakan prosedur dan kontrol pengamanan sistem elektroniknya dalam melakukan pemrosesan data dan mereka pasti melakukan itu. Namanya peretas ini berkejar-kejaran dengan security system. Meningkat security system, meningkat pula kemampuan orang yang melakukan hacker, jadi kejar-kejaran," pungkasnya.




(agt/fyk)