Selama Pandemi Corona, Empon-empon Paling Laris Diburu Netizen
Hide Ads

Selama Pandemi Corona, Empon-empon Paling Laris Diburu Netizen

Agus Tri Haryanto - detikInet
Sabtu, 25 Apr 2020 11:19 WIB
Seorang penjual jamu di Pasar Beringharjo membuat racikan jamu yang diberi nama empon-empon corona. Satu bungkus empon-empon corona itu dijual seharga Rp 10 ribu
Ilustrasi empon-empon. Foto: Jauh Hari Wawan S
Jakarta -

Selama berlangsungnya pandemi Corona, masyarakat banyak mencari bahan makanan yang dapat meningkatkan gizi hingga stamina tubuh. Salah satu yang paling diburu adalah empon-empon.

Empon-empon sendiri merupakan minuman jamu seperti temulawak, jahe, kunyit, dan sereh. Manfaatnya tak hanya berfungsi menjaga kesehatan, tetapi juga bisa meningkatkan daya tahan tubuh yang sangat dibutuhkan di tengah kondisi merebaknya virus Corona.

TaniHub, startup yang bergerak di bidang agrritech menyebutkan, melonjaknya permintaan terhadap empon-empon ini tak terlepas dari penyataan Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) yang rutin mengonsumsi empon-empon dalam menjaga daya tahan tubuhnya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

ADVERTISEMENT

"Khususnya saat ini, pada saat awal-awal, ketika orang WFH dan mobilitasnya terbatas, masyarakat akan mencari informasi terbatas. Saat Pak Jokowi minumnya jahe merah, empon-empon, untuk jaga stamina, waah itu semua pada cari empon-empon," tutur Direktur TaniSupply Vincentius Sariyo dalam wawancara secara virtual, Jumat (24/4).

Pilihan empon-empon ini, kata Sariyo, dikarenakan masyarakat juga berselancar di dunia maya, mencari tahu jenis bahan makanan seperti apa yang dapat meningkatkan daya tubuh dan tidak mudah sakit.

Bahkan, bila dibandingkan dengan bahan makanan populer lainnya, pertumbuhan empon-empon ini bahkan melampaui dari ayam dan telur di TaniHub.

"Salah satu tertinggi itu empon-empon. Pada saat (pandemi Corona) cari empon-empon semua itu sampai growth-nya menggeser ayam dan telur," ucap Sariyo.

Terkait dengan minat masyarakat akan permintaan bahan makanan di bulan Ramadhan, TaniHub memprediksi peningkatannya tidak terlalu tinggi. Menurut mereka hanya ada lonjakan sampai 1,5 kali lipat dari sebelumnya.

Sariyo menuturkan, hal itu dikarenakan masyarakat sudah terbiasa berbelanja bahan makanan yang untuk kegiatan memasak di rumah semenjak merebaknya virus Corona di Indonesia.

"Ini akan 1,5 lipat, tidak akan tiga kali lipat karena satu sisi orang-orang sudah WFH, sudah masak di rumah. Ramadhan ini sudah muncul saat kita suasananya sudah WFH, sudah cukup stabil sebulan di rumah, masak di rumah dan makan di rumah," pungkasnya.

Banyak e-book ilegal bertebaran yang membuat rugi banyak penulis buku



(agt/rns)