Para ilmuwan mulai melakukan perburuan alien secara besar-besaran. Pakar di SETI Institute, organisasi yang didekasikan untuk melacak makhluk luar angkasa, mengembangkan teknik baru untuk melacak tanda-tanda di angkasa yang mengarah pada alien.
Tanda technosignatures itu bisa berupa komposisi kimia di atmosfer planet, emisi laser, dan sebagainya. "Menentukan apakah kita sendirian di semesta adalah pertanyaan di sains yang paling menarik," kata Dr Tony Beasley, direktur National Radio Astronomy Observatory (NRAO).
Mereka akan 'menyapu bersih' antariksa untuk pertama kalinya, menggunakan 28 teleskop radio raksasa demi mencari alien. Proyek ini merupakan kolaborasi SETI dengan Very Large Array (VLA) di New Mexico, salah satu observatorium radio paling kuat di dunia.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Baca juga: Apa Rasanya Daging Dinosaurus? |
Dalam kesepakatan baru tersebut, semua data dari VLA akan diduplikasi dan dimasukkan ke komputer super khusus yang akan mencari tanda-tanda alien ataupun teknologi mereka.
Perburuan alien memang makin semarak, ditunjang oleh penemuan beberapa planet nun jauh di sana yang mungkin dapat dihuni. Misalnya, ada 3 planet mengorbit di bintang redup bernama Trappist 1.
Simulasi komputer mengindikasikan bahwa sistem Trappist 1 adalah salah satu yang paling menjanjikan ditemukannya planet dengan atmosfer dan temperatur yang memungkinkan adanya air mengalir di permukaan.
Teleskop canggih bernama James Webb yang rencananya meluncur tahun depan, bakal sangat membantu penelitian planet semacam itu. "Teleskop itu bisa memberitahu kita apakah planet tersebut punya atmosfer seperti Bumi atau Venus," kata Victoria Meadows, peneliti NASA.
Di sisi lain, proyek Breakthrough Listen Initiative yang digelar SETI sejak tahun 2015, baru saja merilis data sebesar dua petabytes yang berisi informasi emisi radio dari galaksi Bima Sakti. Mereka mengundang publik untuk mencari apakah ada di data itu sinyal keberadaan alien.
Baca juga: Temuan 10 Planet Mirip Bumi di 2019 |
(fyk/fay)