Jakarta -
Pendiri
Google Larry Page dan
Sergey Brin pelan-pelan 'menghilang' dari perusahaan bikinannya itu sejak 2015, tepatnya saat mereka membuat
Alphabet, yang menjadi induk Google. Disebut kontroversial karena hilangnya kedua pendiri Google itu bertepatan dengan meningkatnya pengawasan terhadap perusahaan teknologi besar, seperti Google.
Pendirian Alphabet itu sekaligus menjadi restrukturisasi besar-besaran di Google, di mana Alphabet didesain untuk mengurus proyek coba-coba mereka, seperti laboratorium X dan Waymo, yang kini menjadi unit bisnis tersendiri.
Google sendiri tetap mengurus bisnis utama mereka, seperti mesin pencari dan lainnya, demikian dikutip detikINET dari The Verge, Rabu (4/12/2019).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Namun dibuatnya Alphabet ini memang seperti memberi kesempatan bagi Page dan Brin untuk menghilang dari sorotan publik, dan mengalihkan sorotan itu ke Sundar Pichai, CEO Google yang kini juga menjadi CEO Alphabet.
Page kemudian lebih sering muncul di perusahaan lain seperti Kitty Hawk, yang membuat pesawat elektrik. Sementara Brin hampir tak pernah terlihat di pemberitaan, kecuali saat ia muncul di Bandara Internasional San Francisco pada 2017 untuk memprotes aturan imigrasi yang diterapkan oleh Presiden Donald Trump.
Sergey Brin saat berkunjung ke Kemenkominfo Foto: Anggoro Suryo Jati/detikINET |
Namun perlu dicatat juga, sejak Alphabet berdiri, nilai saham mereka sudah tumbuh lebih dari dua kali lipat, begitu juga pemasukan perusahaan. Pichai memang terbilang sukses dalam mengembangkan Google dan merambah bisnis-bisnis lain, seperti lini ponsel Pixel, dan berbagai hardware lain buatan Google.
Dalam laporan keuangan kuartal pertama sejak Alphabet dibentuk, mereka mencatatkan nilai penjualan sebesar USD 18,7 miliar. Kini, dalam laporan keuangan kuartal yang terakhir, Alphabet mencatatkan penjualan lebih dari USD 36,3 miliar.
Penyerahan kekuasaan dari Page dan Brin ke Pichai terjadi pada saat yang bersamaan dengan meningkatnya pengawasan terhadap perusahaan-perusahaan teknologi besar. Google dan YouTube tak lepas dari sejumlah kontroversi sejak para pendirinya itu mundur.
Sebut saja pemecatan James Damore, yang mengirimkan menulis sebuah surat berisi pandangannya terkait sikap anti diversitas, proyek drone dengan Departemen Pertahanan AS, dan rencana mereka untuk meluncurkan mesin pencari di China.
Sementara YouTube, yang kini dipimpin oleh Susan Wojcicki, juga tak lepas dari bermacam kontroversi. Contohnya saja konten terkait eksploitasi anak, radikalisasi, kekerasan, dan bermacam konten berbahaya lain yang menyebar di YouTube.
Namun tampaknya kini masalah yang paling berat di Google adalah bermacam kasus pelecehan seksual yang terjadi di perusahaan tersebut. Pemicunya adalah terungkapnya pesangon USD 90 juta untuk pendiri Android Andy Rubin yang dituding sebagai pelaku pelecehan seksual terhadap bekas anak buahnya.
Tak diketahui juga seberapa jauh peran Page dan Brin dalam penyelesaian kontroversi yang terjadi di Google setelah mereka tak lagi aktif di perusahaan tersebut. Begitu pula dengan rencana ke depan dari Page dan Brin, karena keduanya diperkirakan mempunyai kekayaan lebih dari USD 100 miliar -- jika menghitung nilai saham Alphabet, dan keduanya juga tak pernah terlihat dalam kegiatan filantropi seperti Bill Gates, atau aktivitas nonprofit lainnya.
"Kami sangat bahagia melihat bagaimana proyek kecil ini bisa menjadi sumber pengetahuan dan bisa memberdayakan miliaran orang -- sebuah proyek yang kami buat saat menjadi mahasiswa Stanford yang kemudian bisa menjadi awal dari banyak pengembangan teknologi lain," tulis Page dan Brin di ujung surat pengunduran dirinya.
"Kami tak bisa membayangkan, ketika tahun 1998 saat kami memindahkan server kami dari kamar asrama ke sebuah garasi, kalau itu akan menjadi awal dari sebuah perjalanan," tutupnya.