Deretan Gamer Ini Punya Harta Sampai Ratusan Miliar
Hide Ads

Deretan Gamer Ini Punya Harta Sampai Ratusan Miliar

Fino Yurio Kristo - detikInet
Minggu, 17 Nov 2019 20:05 WIB
Deretan Gamer Ini Punya Harta Sampai Ratusan Miliar
Foto: Reuters
Jakarta - Profesi gamer esport jika ditekuni bisa menjadi tambang uang yang menjanjikan. Apalagi jika sudah tembus turnamen internasional, pundi-pundi harta yang dikumpulkan bisa melebihi para pengusaha kaya.

Berikut ini adalah beberapa gamer yang menjadi juara dunia game online populer edisi tahun 2019 ini, dengan kekayaan yang luar biasa tingginya:

1. Kyle Giersdorf

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Bulan Juli silam, seorang remaja Amerika Serikat berusia 16 tahun menjadi juara dunia dalam turnamen game Fortnite. Tak tanggung-tanggung, ia meraup hadiah USD 3 juta atau di kisaran Rp 42 miliar.

Sang remaja bernama Kyle Giersdorf memecahkan rekor sebagai atlet eSport individual yang meraih hadiah terbanyak. Event Fortnite ini yang hadiah totalnya USD 30 juta, diselenggarakan di Arthur Ashe Stadium di New York yang biasanya menggelar turnamen tenis US Open.

Kyle yang dikenal dengan nama online Bugha menjadi juara dalam final yang diikuti 100 atlet. Sebanyak 40 juta pemain sebelumnya bertanding di babak kualifikasi dalam kompetisi online yang berlangsung 10 minggu.


"Kata-kata tidak bisa menggambarkannya. Semua yang saya lakukan terbayar lunas dan hal ini sungguh gila," kata Kyle tak dapat menyembunyikan kegembiraannya. Ia langsung memeluk keluarganya yang jauh-jauh datang dari kotanya di Pennsylvania.

Fortnite sendiri memiliki 200 juta pemain terdaftar dan dapat didownload gratis. Ada pilihan in game purchases di mana gamer dapat membeli item untuk memperkuat karakternya.

Setelah Kyle, di tempat kedua adalah Harrison 'Psalm' Chang yang memenangkan USD 1,8 juta. Tempat ketiga diraih gamer bernama Epikwhale yang menggondol USD 1,2 juta.

(ke halaman selanjutnya)

2. Tim OG

Foto: Reuters
Pada bulan Agustus, kompetisi esport terbesar di dunia, The International 2019 (TI9) Dota 2 digelar. Tim OG tidak saja menjadi jawaranya, tapi mengukir sejarah baru.

Tim yang beranggotakan Ana, Topson, Ceb, JerAx dan kapten tim, N0tail kembali mengangkat Aegis of Champions untuk kedua kalinya setelah tahun lalu juga memenangi The International 2018. Ini menjadi rekor baru sebuah tim jadi juara dua kali berturut-turut sepanjang sembilan tahun penyelenggaraan.

Pada partai final yang dihelat Minggu sore (25/8/2019) di Mercedes-Benz Arena Shanghai, China, berlangsung dalam format best of 5. OG berhasil menundukkan Liquid yang merupakan juara TI 2017 dengan skor 3-1.

Dengan keberhasilannya itu tim yang berasal dari Eropa ini menggondol hadiah USD 15,6 juta atau sekitar Rp 221,7 miliar. Setiap pemain diberikan hadiah tambahan masing -masing sebesar USD 3 juta atau Rp 42 miliar.

Tim OG sendiri pertama kali didirikan oleh Johan 'n0tail' Sundstein, yang merupakan mantan pemain tim Secret, pada tahun 2015. Saat itu mereka mengusung nama (monkey)Business.

Sundstein mendirikan (monkey)Business bersama Tal 'Fly' Aizik, David 'MoonMeander' Tan, Amer 'Miracle-' Al-Barkawi dan Andreas 'Cr1t-' Nielsen. Setelah menguasai turnamen Frankfurt Major 2015, popularitas mereka mulai menanjak dan mereka kemudian mengusung nama OG.

3. Tim FunPlus Phoenix (FPX)

Foto: Reuters
Turnamen internasional game League of Legends edisi kesepuluh yang baru saja berlangsungdimenangkan oleh tim eSport asal China. Tim asal Eropa yang berusaha mematahkan dominasi China dan Asia pada umumnya menuai kekalahan.

FunPlus Phoenix (FPX) dari China mengandaskan G2 Esports asal Eropa dalam partai final League of Legends di Paris yang ditonton 15 ribu orang. Tim mereka terdiri dari masing-masing 5 orang, semuanya pria berusia antara 19 sampai 24 tahun.

Game yang sudah dikembangkan 10 tahun lampau oleh Riot Games tersebut adalah pertarungan virtual dengan satu tujuan, menghancurkan basis lawan. Tim Eropa sebenarnya favorit dalam turnamen ini karena performanya belakangan hebat.

Namun demikian, tim China menghabisi harapan Eropa untuk mengakhiri supremasi Asia di League of Legends. Tim asal Korea Selatan memenangkan 5 dari 6 turnamen terakhir dan tim China, Invictus Games, menang pada tahun lalu.

"FPX sungguh tim yang sangat bagus, jadi meskipun kami bermain lebih baik, tetaplah sulit," kata pelatih tim G2 Sport, Fabian Lohmann.

Tim pemenang meraup USD 835 ribu atau di kisaran Rp 11,7 miliar sedangkan runner up memperoleh USD 300 ribu. Banyak yang menonton turnamen ini di mana tahun silam menurut Riot Games, total viewer hampir mencapai 100 juta.

Halaman 2 dari 3
(fyk/agt)