Jakarta -
Huawei menurunkan target pengapalan ponselnya secara global untuk Q3 2019, namun pengapalan ponselnya di China malah menggila.
Target pengapalan ponsel Huawei diturunkan sebesar 10%, dari 300 juta unit menjadi 270 juta unit. Hal itu mereka lakukan karena pemblokiran yang dilakukan oleh Amerika Serikat, yaitu melarang perusahaan asal AS untuk berbisnis dengan Huawei.
Dampak paling besar dari pemblokiran tersebut adalah Huawei kehilangan lisensinya untuk Google Mobile Services (GMS), yang membuat ponsel buatannya tak bisa menjalankan aplikasi inti Android, seperti Search, Maps, Gmail, dan Play Store.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Namun hal ini tak berdampak pada ponselnya yang beredar di China, karena di Negeri Tirai Bambu itu ponsel yang beredar memang tak menggunakan GMS karena Google memang masih diblokir, demikian dikutip detikINET dari Phone Arena, Jumat (1/11/2019).
Bahkan, pemblokiran itu malah memicu aksi nasionalisme warga China untuk membeli ponsel Huawei. Hasilnya, pengapalan ponsel Huawei di China pada Q3 2019 melonjak 66% secara year on year, alias dibanding periode yang sama tahun sebelumnya.
Menurut Canalys, melonjaknya pengapalan itu membuat market share Huawei ikut meroket, dari 24% pada Q3 2018 menjadi 42,4% pada Q3 2019. Atau dalam kata lain, empat dari 10 ponsel yang dikapalkan di China adalah Huawei.
Secara jumlah, ponsel yang dikapalkan itu mencapai 41,5 juta unit, melonjak dari 25 juta unit pada tahun sebelumnya. Peningkatan ini pun membuat Huawei mempunyai pertumbuhan dua digit selama enam tahun ke belakang.
Hebatnya lagi, pertumbuhan 66% ini terjadi saat jumlah pengapalan ponsel menurun sebesar 3%, dari 100,6 juta unit menjadi 97,8 juta unit.
Dibandingkan dengan pabrikan di posisi ke-2, yaitu Vivo, market share dan jumlah pengapalan ponsel Huawei ini sangat jauh. Vivo hanya mengapalkan 17,5 juta unit, menurun 23% dari 22,7% pada Q3 2018.
Penurunan besar ini tak cuma dialami oleh Vivo. Semua pabrikan asal China memang mengalami penurunan, seperti Oppo yang menurun 20%, dan Xiaomi 33%.
Apple pun mengalami penurunan yang besar selama Q3 2019, yaitu menurun 28% secara year on year, dengan 5,1 juta unit iPhone yang dikapalkan ke China dari Juli sampai September. 40% dari iPhone yang dikapalkan itu adalah iPhone keluaran 2019.
Meski merajai pasar China, Canalys memprediksi kalau 2020 akan menjadi tahun yang berat untuk Huawei, kecuali mereka dikeluarkan dari Entity List, yaitu daftar perusahaan yang dilarang berbisnis di AS.