Ramai-ramai Mengecam WhatsApp Cs Mau Disadap
Hide Ads

Ramai-ramai Mengecam WhatsApp Cs Mau Disadap

Fino Yurio Kristo - detikInet
Rabu, 09 Okt 2019 17:22 WIB
Ramai-ramai Mengecam WhatsApp Cs Mau Disadap
WhatsaApp. Foto: GettyImages
Jakarta - Pernyataan kontra banyak dilontarkan usai aparat di Amerika Serikat, Inggris dan Australia mendesak Facebook membatalkan rencana enkripsi layanan pesannya serta membuat akses backdoor terhadap pesan privat. Dalihnya untuk memudahkan pengusutan kasus kejahatan.

Salah satu yang tidak setuju adalah Edward Snowden. Mantan kontraktor CIA itu seperti diketahui terkenal dengan keberaniannya membongkar program mata-mata yang dilakukan Badan Keamanan Nasional AS (NSA).

"Pemerintah meminta akses backdoor pada komunikasi privat dari 1,5 miliar orang yang menggunakan WhatsApp. Jika Facebook setuju, mungkin ini akan menjadi pelanggaran terbesar soal privasi dalam sejarah," tulis Snowden di Twitter.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT


"Ternyata lebih buruk lagi, bukan hanya WhatsApp tapi juga seluruh layanan messaging Facebook," tambahnya begitu mengetahui Messenger dan Instagram juga kena sasaran.

Sebelumnya, Amnesty International juga melontarkan kecaman. "Proposal backdoor berulangkali menunjukkan itu tidak bekerja. Tak ada jalan tengah, seandainya penegak hukum dimungkinkan mengakali enkripsi, maka tiap orang bisa," ujar mereka.

"Memperlemah enkripsi aplikasi komersial populer menurunkan hak miliaran orang biasa. Harus diingat bahwa setiap orang yang berniat melakukan kejahatan atau teroris bisa memakai layanan enkripsi yang lain," tambah mereka.

(ke halaman selanjutnya)

Ramai-ramai Mengecam WhatsApp Cs Mau Disadap

WhatsApp. Foto: detikINET/Irna Prihandini
Hannah Quay-de la Vallee, peneliti di Center for Democracy and Technology (CDT) melontarkan argumen serupa. "Penyandian kuat dan keamanan end to end adalah kekuatan teknologi yang menjaga informasi online aman," tukasnya.

"Teknologi tersebut melindungi miliaran komunikasi setiap hari, dari korespondensi sensitif korban kekerasan rumah tangga sampai kondisi keuangan pebisnis dan juga informasi medis," papar Hannah.

"Menciptakan hukum yang akan membuat pelemahan serta kurang amannya teknologi ibaratnya seperti memerintahkan untuk merusak jalan agar penjahat tidak lolos. Itu konyol, takkan bekerja dan membuat kita semua berisiko lebih besar mengalami cedera serius," tandasnya.

Disediakannya 'pintu belakang' dapat pula menimbulkan konsekuensi negatif. "Sebuah backdoor seperti meninggalkan kunci di balik keset. Sekali seseorang tahu soal itu, siapapun dapat berjalan masuk," kata Profesor Alan Woodward, pakar sekuriti di University of Surrey.

Artinya, hacker lebih mudah masuk ke sistem yang memiliki akses backdoor. Belum lagi jika ada oknum aparat yang menyalahgunakan wewenangnya mengakses pesan pribadi.

Maka, tidaklah mengherankan jika Facebook menegaskan takkan menuruti permintaan tersebut dengan alasan melindungi privasi dan mungkin juga, takut ditinggalkan para usernya.

Halaman 2 dari 2
(fyk/fay)