Hal ini membuat Huawei harus memutar otak untuk mencari alternatif aplikasi pengganti, OS pengganti, atau bahkan mengakali keputusan Google tersebut, yaitu tetap menginstal layanan Google Play di lini Mate 30 yang bakal dirilis dalam waktu dekat.
Kabar yang sebelumnya beredar adalah Huawei bakal mengganti layanan Google Play itu dengan layanan buatannya sendiri. Bahkan mereka pun sampai mengembangkan sistem operasi sendiri untuk pengganti Android.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ia menyebut membangun ekosistem ponsel untuk HarmonyOS membutuhkan waktu yang lama. HarmonyOS, menurutnya, baru siap digunakan untuk perangkat jam tangan pintar dan TV pintar.
Perihal hubungan Android dan Huawei ini juga dibicarakan oleh bos consumer group Huawei Richard Yu di ajang IFA, Berlin, beberapa waktu lalu. Menurutnya HarmonyOS memang bisa dipakai di ponsel, namun hal itu bukanlah prioritas bagi Huawei.
Yu juga menyebut Huawei tengah mencari cara yang membuat mereka bisa menginstal aplikasi inti Google itu ke Android versi open source (AOSP - Android Open Source Project), demikian dikutip detikINET dari Phone Arena, Kamis (12/9/2019).
Selain Mate 30, keputusan Google tak memberi lisensi Android itu juga diperkirakan akan berlaku di Mate X, ponsel layar lipat Huawei yang saat ini belum dirilis ke publik. Jika sampai dua ponsel jagoannya tak bisa menggunakan Android, maka penjualan ponsel Huawei dipastikan akan terkena dampak yang cukup besar.
Berdasarkan catatan, dari 206 juta perangkat yang dikapalkan, 50% di antaranya dikapalkan untuk pasar luar China, dan 50% sisanya dipasarkan di China. Untuk ponsel yang dirilis di China, ketiadaan Android tentu tak menjadi masalah, karena memang dilarang beroperasi di sana.
Namun untuk perangkat yang dilepas ke luar China, ponsel yang tak menggunakan OS Android sepertinya bakal sulit untuk diterima pasar. Perusahaan peneliti pasar IHS Markit memperkirakan pada 2019 ini Huawei hanya akan mengapalkan 88 juta perangkat ke luar China, atau menurun 13-15 juta ketimbang tahun sebelumnya.
Padahal Yu, sebelum adanya kisruh dengan pemerintah AS, berharap Huawei bisa mengapalkan 300 juta ponsel pada 2019. Target ini bisa dibilang langsung pupus begitu Trump memasukkan Huawei ke dalam daftar hitam perusahaan yang dilarang berbisnis dengan perusahaan asal AS.
Untungnya, penjualan Huawei terbantu dari penjualan di negeri asalnya yang sangat kuat. Selama Q2 2019 Huawei mengapalkan 37,3 juta unit ponsel di China, meningkat 31% dibanding periode yang sama setahun sebelumnya, yang membuat mereka menguasai pasar China dengan pangsa pasar mencapai 38,2%, dua kali lebih besar ketimbang Oppo yang ada di peringkat kedua dengan persentase 18,3%.
Salah satu alasan meningkatnya pengapalan Huawei di China ini adalah banyaknya dukungan dari warga China terhadap Huawei atas 'serangan' yang dilakukan pemerintah AS.
(asj/krs)