Penyatuan ketiga layanan dalam satu atap dianggap akan memudahkan user, misalnya dapat saling berkirim pesan. Namun demikian, selain masalah teknis, manajemen ketiganya pun kemungkinan disatukan. Nah itulah yang dinilai sebagai motif lain dari Zuck, menyatukan layanan agar tidak mudah dipecah.
Bukan apa-apa, seiring kasus bocornya data puluhan juta pengguna Facebook oleh perusahaan Cambridge Analytica, sorotan pada Facebook makin tajam. Bahkan banyak pihak termasuk pejabat Amerika Serikat meminta Facebook dipecah agar kekuasaan Zuck tak terlampau besar.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kombinasi antara Facebook, Instagram dan WhatsApp menjadi platform komunikasi tunggal terbesar dalam sejarah adalah upaya jelas untuk menghindari penegakan efektif anti trust di mana perusahaan itu jadi sulit dipecah," cetus senator David Cicilline.
Ia pun mengusulkan agar rencana tersebut ditunda dulu. Sebab jika direalisasikan, Facebook kian meraksasa dan menyingkirkan para kompetitor. Tapi tentu saja pihak Facebook membantah semua tuduhan yang dialamatkan pada mereka.
"Membuat lebih banyak cara bagi orang untuk berkomunikasi melalui layanan messaging kami adalah selalu tentang menciptakan manfaat bagi orang-orang, sesederhana itu," ujar Stan Chudnovsky, Vice President Faceboook.
"Orang menginginkan mereka bisa menjangkau sebanyak mungkin orang lain yang mereka bisa dengan aplikasi messaging yang mereka pilih," imbuhnya, dikutip detikINET dari Daily Mail.
Integrasi itu pun dipastikan masih jalan terus. Baru-baru ini, Facebook juga telah mengubah nama WhatsApp yang di-rebrand menjadi WhatsApp from Facebook. Sementara Instagram bakal berganti jadi Instagram from Facebook.
Juru bicara Facebook, Bertie Thomson, mengonfirmasi akan hal tersebut. "Kami ingin menjadi lebih jelas tentang produk dan layanan yang merupakan bagian dari Facebook," ujarnya.
Nama baru yang disandang WhatsApp maupun Instagram tidak akan terlihat pada halaman utama layar ponsel. Tapi akan tampil pada toko aplikasi dan dalam aplikasi itu sendiri.
(fyk/krs)