Tidak ada lagi logo ikonik motor dan sinyal. Kini berganti dengan Solv.
Founder & CEO Gojek Nadiem Makarim menjelaskan Solv melambangkan satu tombol untuk semua. Di lain sisi, lingkaran di logo baru ini mewakili ekosistem Go-Jek yang semakin solid memberikan manfaat untuk semua.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
Nadiem menambahkan perubahan logo ini merupakan bentuk apresiasi Gojek bagi para mitra penyedia jasa layanan yang ada dalam ekosistemnya. Dengan logo yang lebih universal kepada layanan Gojek secara keseluruhan, mitra dari berbagai layanan akan mendapatkan perhatian serta kesempatan yang sama.
Sebagai contoh, jika diperhatikan, logo ini menyerupai ikon driver yang terdapat di fitur layanan Go-Ride di aplikasi Gojek.
"Kami bangga dengan para mitra Go-Jek yang mampu berkembang bersama kemajuan teknologi, sehingga mereka bisa diandalkan oleh semua lapisan masyarakat kapan pun, di mana pun. Mereka berperan aktif dalam menggerakkan pertumbuhan ekonomi digital dengan membantu mempermudah hidup jutaan masyarakat setiap hari," ujarnya.
Logo Baru Penanda Inovasi Super App
Foto: Rengga Sancaya
|
Pada awalnya Gojek dimulai dari hanya layanan transportasi. Saat ini telah memiliki lebih dari 20 layanan yang dapat mempermudah aktivitas sehari-hari penggunanya.
Baca juga: Go-Jek Ganti Logo, Ini Maknanya |
"Gojek yang dulu, bukan Gojek yang sekarang. Gojek sudah menjadi suatu simbol yang lebih besar daripada hanya naik ojek," ungkap Founder dan CEO Gojek Grup Nadiem Makarim
Begitu juga bukan hanya untuk layanan ride hailing, mengantarkan makanan, pembayaran. Tetapi, kata Nadiem, suatu yang berbeda yang merupakan kolektif dari semua layanan-layanan.
![]() |
"Dan untuk itu, kita membutuhkan simbol baru, yang mewadahi evolusi kita selama ini," ucapnya.
Guna merepresentasikan hal tersebut, Gojek pun memperlihatkan logo barunya yang dinamakan solv atau yang diartikan memecahkan masalah.
"Simbol yang tidak mengkhianati asal-usul kita, tapi juga bisa membawa kita ke suatu evolusi baru, di mana kita menjadikannya ekositem, makanya terjadinya solv," tuturnya.
Kantor Sempit, Investor Pelit
Foto: Agus Tri Haryanto/detikINET
|
Founder dan CEO Gojek Grup Nadiem Makarim mengisahkan, saat mendirikan perusahaannya di 2010 kantornya masih berukuran 5 x 7 meter. Nama yang diusung sebagai mereknya juga bukan Gojek, melainkan Go-Biz.
Bahkan, konsumen yang ingin memakai jasanya harus terlebih dahulu menelepon ke call center Gojek untuk mendapatkan driver yang terdekat dengan konsumen.
"Gojek mulai dari call center, waktu itu kantornya sebesar panggung ini, 5 x 7 meter kantornya. Waktu itu kita belum punya teknologi, pedanaan, kita punya call center namanya Go-Biz versi satu yang web software, yang kerjaannya hanya mencari kira-kira driver itu di mana," tuturnya.
"Jadinya manual sistemnya. Kalau ada yang ingat, pesan Gojek ya seperti itu. Harus telepon dulu, terus kata CS-nya 'ok tunggu bentar ya', kemudian ditutup, lalu ditelepon driver satu per satu driver sampai ada yang nerima. Kalau beruntung, driver bisa datang 15 menit," ucap Nadiem mengenang situasi sembilan tahun lalu.
![]() |
Tantangannya tak selesai sampai di sana. Sekitar 3-4 tahun awal berdirinya Gojek, tak satupun investor sudi untuk menggelontorkan investasi ke perusahaan yang dinahkodai Nadiem ini.
"Nggak mau yang mendanai Gojek. Jadinya kita harus bersusah-susah mencari pedanaan sendiri, pinjam uang ke teman, keluarga, dan lain-lain. Saya pun harus bekerja di tempat lain untuk mencari nafkah buat saya dan juga menomboki perusahaan Gojek. Itu suatu periode yang tidak mudah," tuturnya.
Baru di tahun 2015, Gojek merilis aplikasi mobile sekaligus membawanya jadi perusahaan teknologi. Di aplikasi tersebut tersedia layanan ojek online (GoRide), antar barang (GoSend), dan layanan pembelian di supermarket (GoMart). Seiring berjalannya waktu, Gojek menyediakan hingga 22 jenis layanan hingga sekarang.
Baca juga: Go-Jek Ganti Logo, Ini Maknanya |
Dengan menjamurnya layanan yang ditawarkan, Gojek tak lagi jadi sekadar ride hailing melainkan sebagai super app yang isinya berbagai layanan kebutuhan masyarakat.
"Kesuksesan Gojek tak hanya timnya, tapi terutama mitra kami yang semangat berpartisipasi dalam ekosistem kita dan juga konsumen," pungkas pria lulusan Harvard Business School ini.
Diketahui, berbagai perusahaan lokal maupun global berlomba menggelontorkan dana segar ke kantong Gojek. Mulai dari Google, Temasek, Sequoia, Northstar, KKR, Warburg Pincus, SCB, Tencent, JD.com, Meituan.com, Capital Group, Astra, Blibli, dan yang terbaru Visa serta Mitsubishi.
Ojek Jadi Sektor Ekonomi Paling Kuat
Foto: Rengga Sancaya
|
"Sembilan tahun, tak terasa Gojek dulu mulai sebagai suatu call center. Waktu itu kita belum punya teknologi belum punya pendanaan. Kita punya call center kita namain Go-Biz. Gojek itu menjadi suatu gerakan tersendiri, bukan hanya suatu perusahaan, tapi suatu revolusi yang terjadi di bidang teknologi tapi juga yang lebih penting di bidang kemanusiaan," ungkap Nadiem Makarim, Founder dan CEO Gojek Grup.
Baru di 2015, Gojek menghadirkan mobile apps dengan menyediakan tiga layanan, ojek online (GoRide), antar barang (GoSend), dan layanan pembelian di supermarket (GoMart). Kini Gojek menyediakan hingga 22 jenis layanan.
Dimulai dari 20 mitra pengemudi pada 2015, Gojek kini sudah memiliki lebih dari 2 juta mitra pengemudi, 400 ribu mitra merchant dan 60 ribu penyedia jasa di Asia Tenggara yang tergabung dalam ekosistem Gojek.
![]() |
Nadiem mengatakan pendapat orang terhadap pekerjaan sopir ojek dan pekerjaan ojek yang dulu dipandang sebelah mata. Kini ojek menjadi salah satu sektor ekonomi yang paling kuat di Indonesia.
"Prejudice orang terhadap pekerjaan sopir ojek dan pekerjaan ojek itu semua salah. Dan mereka itu menjadi salah satu sektor ekonomi yang paling kuat di Indonesia. Menjadi sektor pelayanan yang paling baik dan paling berguna untuk seluruh Nusantara. Dan bukan hanya di Nusantara, sekarang di mancanegara," kata Nadiem.
Sementara menurt Presiden Group Gojek Andre Soelistyo, teknologi yang awalnya dianggap sebagai perusak bisnis kini dapat dibuktikan bisa memberdayakan para mitra dan merchant melalui Gojek.
"Kita itu berada di dunia di mana semua orang bilang bahwa teknologi itu distruktif (merusak). Tapi untuk pertama kalinya kita sebagai bangsa Indonesia yang mungkin orang menganggap remeh lahirnya suatu konsep bahwa teknologi itu dengan bentuk kepercayaan yang kami buat melalui teknologi terhadap mitra-mitra driver, mitra-mitra merchant adalah menjadi suatu platform yang memberdayakan," ungkapnya.
Menuju Super App Terbesar di Asia Tenggara
Foto: Agus Tri Haryanto/detikINET
|
Co-Founder Gojek Kevin Aluwi mengatakan Gojek sekarang ini telah menjadu tiga aplikasi super. Super app bagi konsumen, driver dan merchant.
"Lebih dari 20 layanan yang ada pada Gojek bisa mencukupi segala kebutuhan sehari-hari, dari apapun yang diperlukan dari pagi, siang sampai malam," ungkapnya.
Namun Gojek tak ingin menjadi super app di kandangannya sendiri. Upaya ekspansi ke negara lain telah dilakukan. Ambisi Gojek kini menjadi super app terbesar di Asia Tenggara.
"Sekarang kita sudah merambah ke Vietnam, Singapura, Thailand, bentar lagi Filipina, siapa tahu Malaysia pun," ujar Founder dan CEO Gojek Grup Nadiem Makarim.
![]() |
Di kesempatan yang sama, Presiden Gojek Grup Andre Soelistyo menjelaskan ekspansi yang dilakukan pihaknya guna menerapkan hasil pembelajaran Gojek selama beroperasi hampir sembilan tahun di Indonesia.
"Setahun yang lalu kami memutuskan untuk mencoba melihat apakah teknologi yang kami bangun bisa aplikasi ke negara tetangga. Kami luncurkan Go-Viet di Vietnam, Get di Thailand, sampai di Singapura," kata dia.
Selama proses pelebaran sayap bisnisnya, Gojek menyebutkan sudah ada satu juta pemesanan di masing-masing negara dalam waktu singkat. Misalnya, Vietnam dan Singapura butuh waktu kurang dari dua bulan, Thailand lebih lama sebulan. Sedangkan Indonesia perlu waktu tujuh bulan untuk mencapainya.
"Edukasi yang kami pelajari dari Indonesia itu, buktinya sangat cepat dengan adanya ketertarikan negara-negara tersebut untuk solusi kami," katanya dia.
"Misi ke depan adalah jangan cuma jadi aplikasi yang penggunanya terbesar di Indonesia, tetapi aplikasi yang penggunanya terbesar di Asia Tenggara. Itu misi kami ke depan yang ingin kami push," tandas Andre