Kebanyakan eksekutif senior Huawei dikenal low profile sementara Yu oleh netizen China disebut 'Big Mouth Yu'. Sejak dulu, bahkan ketika Huawei belum pemain besar, dia sudah vokal mengutarakan ambisi perusahaannya jadi raksasa yang disegani di jagat smartphone.
Dikutip detikINET dari South China Morning Post, Yu yang lahir tahun 1969 meraih gelar master dari universitas bergengsi Tsinghua University dan gabung dengan Huawei pada tahun 1993. Berbagai jabatan tinggi diraihnya hingga kini jadi CEO Consumer Business Group.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Mereka pun memutuskan mendekati Huawei yang saat itu di Eropa belum banyak karyawannya. Yu langsung beraksi dan meminta para engineer membuat solusi bagi Telfort. Sekitar seminggu, mereka sukses menciptakan BTS yang murah dan hanya perlu ruang kecil untuk instalasi.
Telfort terpukau dan mereka menyepakati kontrak senilai 230 juta euro dengan Huawei. Nama Huawei pun kembali diperhitungkan. Tahun berikutnya, Huawei memenangkan kontrak dengan BT Group dan menjadi suplier Vodafone Group, keduanya berbasis di Inggris.
Sukses besar di Eropa itu membuat nama Yu makin diperhitungkan dan masuk ke direksi perusahaan, di antara sejumlah kecil orang yang menentukan arah bisnis Huawei.
Halaman Berikutnya: Lesatkan Bisnis Smartphone Huawei
Lesatkan Bisnis Smartphone Huawei
Richard Yu. Foto: Rachmatunnisa/detikINET
|
Pangsa pasar Huawei di China cuma 5% dan kebanyakan penjualan berasal dari operator lokal, itupun ponsel murah. Yu memutuskan menghentikan berjualan ponsel murah via operator, memperkuat segmen menengah, membuat sendiri prosesor HiSilicon dan Balong, mendesain user interface serta berambisi bikin hardware terbaik.
Awal 2012, Yu berkoar Huawei ingin menjual belasan juta unit smartphone bertahun. Ia juga menyebut akan meluncurkan ponsel flagship yang jauh lebih kuat dibandingkan iPhone. Tak salah jika dia dianggap bermulut besar karena saat itu, Huawei bukan apa-apa.
Pada tahun 2016, Yu mengatakan Huawei akan jadi juara dunia. "Kami ingin jadi pembuat smartphone nomor satu di dunia. Ini memang perlombaan jangka panjang dan kami memiliki kesabaran," sebutnya ketika itu.
Untuk meningkatkan citranya, Huawei berusaha membuat handset flagship menarik di masa itu, yaitu P9 yang dibekali kamera dua lensa dan dikembangkan bersama perusahaan kamera Leica.
"Pertumbuhan pasar kami memang terutama berasal dari segmen high end atau premium. Jika Anda ingin menjadi vendor yang memimpin, Anda harus berada di depan di segmen high end," lanjut Yu di waktu yang sama.
Seiring waktu berjalan, Yu sukses membuktikan sebagian besar omongannya. Tahun 2019 ini, Huawei adalah produsen smartphone terbesar di China. Di dunia, mereka sukses menyalip Apple jadi runner up, hanya kalah dari Samsung. Bahkan Huawei dalam jalur menyalip Samsung dan jadi nomor satu.
Pendapatan bisnis ponsel Huawei mencakup total 50% dari keseluruhan revenue Huawei. Sayangnya, pukulan berat terjadi di mana AS memasukkan Huawei dalam daftar blacklist sehingga dipersukar memakai komponen AS, termasuk sistem operasi Android.
Yu dan tim Huawei memang sudah punya antisipasi, mereka punya sistem operasi sendiri bernama Hongmeng atau Oak OS sebagai pengganti Android. Namun demikian, laju di pasar smartphone memang hampir pasti terhambat jika Google kukuh pada keputusannya melarang Android dipakai Huawei.
Hal tersebut disampaikan oleh Shao Yang, Chief Strategy Officer Huawei Consumer Business Group. "Kami bisa menjadi (produsen ponsel) yang terbesar pada Kuartal IV (tahun ini) tapi sekarang kami merasa proses ini mungkin membutuhkan waktu yang lebih panjang," ujarnya.
Tak pelak, Richard Yu tampaknya tengah menghadapi tantangan terbesarnya. Mengemudikan kapal Huawei agar tetap kokoh di tengah ombak yang begitu besar.