Kedua pendiri yang sudah meninggalkan Facebook itu, konon karena tidak setuju dengan rencana iklan di WhatsApp, sejak dulu sudah mengutarakan prinsipnya tersebut.
Pada tahun 2012, dua tahun sebelum Facebook membeli WhatsApp, Jan Koum menulis di blog WhatsApp soal ketidaksenangannya terhadap iklan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurut Jan, mereka tahu apa yang dicari user, sehingga bisa mengumpulkan data dengan lebih efisien dan menjual iklan lebih baik. Perusahaan-perusahaan itu tahu semua tentang pengguna, teman-temannya sampai kegemaran dan menggunakan semua itu untuk menjual iklan.
"Ketika kami memulai sendiri, kami ingin membuat sesuatu yang bukan hanya tempat iklan. Kami ingin membuat layanan yang ingin dipakai orang. Kami tahu bisa melakukan apa yang menjadi keinginan orang setiap hari, yaitu menghindari iklan," tambah Koum.
"Tak seorangpun bangun dan tertarik melihat lebih banyak iklan, tak seorangpun tidur dengan memikirkan tentang iklan yang akan mereka lihat besok. Kami tahu orang pergi tidur memikirkan tentang siapa yang mereka ajak chat atau kecewa karena tidak melakukanya," papar dia.
Baca juga: 'Pengkhianatan' Facebook pada WhatsApp |
Dia menilai iklan merusak estetika dan penghinaan terhadap intelijensi. Koum pun berjanji para engineer di WhatsApp pekerjaannya bukan mengumpulkan data, melainkan membuat fitur-fitur baru atau memperbaiki bug demi para user.
Pada saat itu sebagai metode monetisasi, WhatsApp menarik biaya murah untuk menggunakan layanan, hanya sebesar USD 1. Beberapa tahun setelah dibeli Facebook, metode monetisasi itu dihilangkan.
Halaman selanjutnya: WhatsApp Tak Jua Menghasilkan Untung
WhatsApp Tak Jua Menghasilkan Untung
Foto: Photo by Rachit Tank on Unsplash
|
Keinginan itu memang bertolak belakang pada janji Mark Zuckerberg saat membeli WhatsApp. Pernyataan Jan Koum usai akuisisi Facebook dulu, menyiratkan bahwa WhatsApp tidak akan diutak atik.
"WhatsApp akan tetap otonom dan beroperasi secara independen. Kerja sama di antara kedua perusahaan kami takkan terjalin andaikata kami harus mengompromikan prinsip dasar yang mendefinisikan perusahaan, visi, dan produk kami," ucap Koum saat itu.
Tapi baik Brian Acton dan Jan Koum saat ini sudah lepas dari WhatsApp. Maka Facebook pun sudah leluasa untuk menjalankan rencananya, terutama soal masuknya iklan. Sejak tahun lalu, pihak Facebook sudah membeberkan niatnya itu.
"Kami akan menayangkan iklan di Status. Ini akan menjadi model utama monetisasi untuk perusahaan dan juga kesempatan bagi para pebisnis untuk menjangkau orang-orang melalui WhatsApp," kata Vice President WhatsApp, Chris Daniels.
Dan akhirnya, iklan di Status dipastikan akan menyambangi WhatsApp mulai tahun depan. Kekecewaan Acton dan Koum pun mungkin makin besar. Acton bahkan sudah menyatakan identitas WhatsApp sudah hilang.
Selain masalah iklan, hal itu terkait rencana Facebook lainnya untuk mengintegrasikan Messenger, Instagram dan WhatsApp sehingga bisa saling berkirim pesan. Bisa dikatakan, WhatsApp masa kini sudah berbeda dari di masa silam.
"Kupikir identitas WhatsaApp memang sudah hilang dan itu dikarenakan para pendirinya sudah pergi," sebut Acton belum lama ini.