"WhatsApp akan terus beroperasi secara independen dari kantor pusat di Mountain View. Takkan pernah ada kemitraan antara kedua perusahaan kami jika kami harus berkompromi pada prinsip-prinsip inti yang akan selalu mendefinisikan perusahaan kami, visi kami dan produk kami," tegas Koum ketika itu.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Hal senada juga dikatakan Mark Zuckerberg. Facebook berjanji, WhatsApp bakal tetap beroperasi secara independen dan menggunakan brand yang sudah dirintisnya.
Baca juga: Cara 'Sembunyikan' Chat WhatsApp |
"WhatsApp adalah jalan kami untuk menghubungkan dengan 1 miliar orang. Memang membutuhkan waktu yang tak sebentar, tapi saya bergembira dengan kerjasama dengan dia dan timnya untuk membuat dunia lebih terbuka dan terhubung," katanya melalui pernyataan resminya.
Awalnya, semua memang baik-baik saja. Tapi tentu pihak Facebook tidak ingin investasinya membeli WhatsApp senilai USD 19 miliar sia-sia. Percuma jika pengguna begitu banyak, tapi tidak menghasilkan uang, mungkin begitu pemikiran mereka.
Keluarnya Brian Acton dan Jan Koum
Brian Acton dan Jan Koum. Foto: istimewa
|
Menurut Acton, Facebook memutuskan akan memonetisasi WhatsApp dengan dua cara. Pertama, memajang targeted ads di fitur status, yang bikin Acton kecewa. "Metode periklanan seperti inilah yang membuatku tidak senang," tandas Acton.
Kemudian Facebook ingin menjual tool untuk pebisnis yang memungkinkan mereka berhubungan dengan pengguna WhatsApp tertentu walau ada halangan karena WhatsApp dilindungi penyandian. Facebook memang tak berencana membongkarnya, tapi mencari kemungkinan apakah bisa melakukan analisis user di 'lingkungan' yang sudah tersandi.
Soal monetisasi ini, Acton mengusulkan user WhatsApp membayar jika sudah menghabiskan jatah mengirim pesan gratis dalam jumlah tertentu. "Dengan ini, tidak perlu kekuatan penjualan yang besar. Ini adalah bisnis sederhana," kata dia.
Tapi usulan Acton ditolak oleh Chief Operating Officer Facebook, Sheryl Sandberg dengan alasan metode itu tidak akan menghasilkan banyak uang. Pertentangan itulah yang menjadi salah satu alasan Acton akhirnya memutuskan mundur dari Facebook.
"Pada akhirnya, aku menjual perusahaanku. Aku menjual privasi user. Aku membuat pilihan dan berkompromi. Dan hal itu selalu mengusikku setiap hari," sebut Acton.
"Aku sudah terjual, aku mengakui hal itu," tambah dia dalam wawancaranya dengan Forbes. Belakangan pada pertengahan tahun 2018, Jan Koum juga memutuskan mundur dari WhatsApp. Meskipun tak menyebut alasannya, banyak dugaan ia berpikiran sama dengan Acton.
Iklan Dipastikan Muncul di Status WhatsApp
Foto: Status WhatsApp
|
"Kami sudah diberitahu oleh beberapa pihak bahwa jika Jan pergi, itulah saatnya iklan akan muncul," sebut analisis dari Barclays yang dikutip detikINET dari CNBC.
Menurut Barclays, ada tensi dari pendiri WhatsApp dan Facebook soal bagaimana menghasilkan uang dari platform tersebut. Kini setelah Koum pergi, Facebook mungkin akan langsung memanfaatkannya untuk meraup uang dari WhatsApp, salah satunya dengan iklan yang agresif.
Dan benarlah, Facebook sudah memastikan akan ada iklan di WhatsApp. Menurut rencana, pada tahun 2019 ini iklan di WhatsApp bakal mulai nampang. Sejauh ini setidaknya sudah ketahuan bahwa iklan tersebut akan muncul di bagian status WhatsApp.
"Ini akan menjadi model utama monetisasi untuk perusahaan dan juga kesempatan bagi para pebisnis untuk menjangkau orang-orang melalui WhatsApp," kata Wakil Presiden WhatsApp Chris Daniels pada akhir tahun lalu.
Hal itu sudah mengusik banyak pengguna WhatsApp yang merasa bahwa kelak layanan berbagi pesan kesayangan mereka itu bakal semakin dijejali iklan seperti halnya platform populer lain macam Facebook dan YouTube.