Dikutip detikINET dari CNBC, harga saham Apple sempat menurun 6% pada hari Senin waktu Amerika Serikat seiring eskalasi perang dagang antara Amerika Serikat dengan China yang tidak juga menurun.
China mengatakan akan menaikkan tarif beberapa barang asal Amerika Serikat, setelah presiden AS Donald Trump, mengancam untuk menaikkan kembali tarif impor dari China. Saling gertak itu berdampak pada beberapa perusahaan, tapi sepertinya Apple yang paling menderita.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Imbas perang dagang bisa pelik bagi Apple, khususnya untuk iPhone, karena seperti disebut di atas, perakitan iPhone terutama dilakukan di China. Meski penyuplai komponen banyak dari AS, tanpa pabrik di China, iPhone tidak akan jadi barang jadi.
Kapanpun tarif baru diumumkan, investor selalu meneliti detailnya karena ada kemungkinan beberapa produk Apple terdampak. Analis Morgan Stanley, Katy Hubrey, mengestimasi jika tarif 25% diberlakukan pada iPhone, maka harga iPhone XS misalnya bisa melonjak USD 160 di AS.
"Apple bisa terekspos karena perakitan final dari banyak produk consumernya berlokasi di China," sebut Huberty.
"Dan karena ketergantungan pada tenaga kerja murah dan keahlian di manufaktur, perpindahan skala besar dari China bukan hanya berbiaya besar, tapi juga bisa butuh waktu bertahun-tahun," papar dia.
Belum lagi ada faktor pasar China merupakan lokasi bisnis sangat penting bagi Apple. Tahun 2018, Apple membukukan pendapatan USD 51 miliar. Maka pindah dari sana bisa berakibat makin menurunnya pendapatan.
CEO Apple, Tim Cook, sudah menyuarakan tentangan pada tarif yang diusulkan oleh Trump. Dan sejauh ini, mereka masih dalam kondisi aman. Tidak diketahui bagaimana di masa depan.
(fyk/krs)