Para Ahli Pertanyakan Temuan 'Makam Terbesar Dinosaurus'
Hide Ads

Para Ahli Pertanyakan Temuan 'Makam Terbesar Dinosaurus'

Muhamad Imron Rosyadi - detikInet
Jumat, 05 Apr 2019 12:33 WIB
Salah satu temuan Robert DePalma. (Foto: Berkeley News)
Jakarta - Baru-baru ini ahli paleontologi bernama Robert DePalma mengaku berhasil menemukan salah satu situs dengan begitu banyak fosil organisme besar di Hell Creek, North Dakota, Amerika Serikat. Ada yang menyebutnya sebagai temuan paleontologi terbesar abad ini.

Walau demikian, penelitian yang dilakukan oleh Robert DePalma bersama timnya itu menimbulkan banyak tanda tanya bagi para ahli. Hal ini lantaran temuan DePalma sudah tayang secara luas di berbagai media, namun justru tak menjadi perbincangan berarti di kalangan akademisi.




SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Salah satu ilmuwan yang berpendapat sedemikian rupa adalah Stephen Brusatte. Ia merupakan ahli paleontologi dari University of Edinburgh sekaligus penulis "The Rise and Fall of the Dinosaurs".

Melalui akun Twitter miliknya, ia mengaku situs tersebut memang luar biasa dan kredibel secara geologi. Hanya saja, pemberitaan yang dibuat oleh media bernama The New Yorker membuatnya menjadi menyimpang.

Ia mengatakan, laporan penelitian tersebut, yang diterbitkan di Proceedings of the National Academy of Sciences (PNAS), justru tidak membahas mengenai dinosaurus. Laporan itu disebutnya hanya menyebut satu kali tentang sebuah tulang dinosaurus.

"Artikel The New Yorker mendeskripsikan sebuah 'kuburan' dengan tulang belulang dari seluruh dinosaurus utama di Hell Creek, ditambah bulu-bulu, telur, dan bahkan embrio," tulisnya.




Terkait dengan hal tersebut, ia berpendapat cerita tersebut tak berdasarkan bukti nyata sama sekali. Sekadar info, pria berusia 35 tahun ini disebut-sebut merupakan ahli paleontologi terbaik di masanya dan sudah menamai lebih dari 10 spesies dinosaurus baru.

Senada dengan Brusatte, Brian Switek turut mengutarakan hal serupa. Penulis yang fokus di bidang paleontologi itu menemukan ada kerahasiaan yang sangat dijaga di sekitar situs tersebut, dengan hanya sedikit detail yang diungkapkan di dalam jurnal, sebagaimana detikINET kutip dari News.com.au, Jumat (5/4/2019).

Sekadar informasi, The New Yorker memang mengumbar di dalam tulisannya bahwa DePalma sempat menghubungi media tersebut pada 2013 lalu, beberapa saat sebelum ia menerbitkan jurnal penelitiannya ini di PNAS. Saat itu, ia mengaku menemukan sebuah situs yang sangat rahasia dan hanya ada tiga orang kawannya yang mengetahuinya.

Selain itu, ia sempat tersandung masalah pada temuannya sebelum ini. Pada 2015 lalu, ia menerbitkan laporan mengenai sebuah spesies dinosaurus baru bernama Dakotaraptor. Sayangnya, ia secara tak sengaja memasukkan fosil tulang dari penyu dalam bagian rekonstruksi dinosaurus tersebut. Tak ayal, ia pun mendapat sindiran keras dari kalangan akademisi.



Tonton juga video Ini Karangsambung, Lantai Dasar Samudra di Zaman Purba:

[Gambas:Video 20detik]

(mon/krs)