Adalah Ismail, ketua dari lembaga tersebut yang mengungkapkannya. Meski demikian, menurutnya, catatan tersebut bukan berarti tidak ada yang harus diperbaiki.
"Jangan sampai kita murah-murahan tapi di bawah biaya, di bawah cost, maka industri ini (telekomunikasi) akan tidak sehat. Tentu kami ingin tarif yang affordable. Kata kuncinya bukan murah, tapi affordable. Berarti harus dibandingkan dengan daya beli masyarakat," ujarnya saat ditemui detikINET dalam sebuah kesempatan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ismail menambahkan, murah atau mahalnya sebuah harga paket data Internet adalah hal yang relatif. Satu yang penting menurutnya adalah tarif merupakan harga yang dibayarkan oleh konsumen untuk kualitas layanan.
![]() |
"Jadi ada saja orang yang mau bayar mahal untuk mendapatkan kualitas lebih. Demand masyarakat sekarang berada di posisi itu," ucapnya.
Ia melanjutkan, konsolidasi operator memiliki peran dalam hal tersebut. Menurutnya, secara total, itu merupakan keuntungan bagi masyarakat sebagai buah dari konsolidasi, yakni terciptanya perusahaan dan industri yang sehat dalam memberikan layanan ke publik.
Lalu, terkait regulasi tarif internet yang sedang digodok, pria berkacamata tersebut mengatakan pada dasarnya pemerintah tidak menetapkan tarif untuk retail. Pemerintah hanya menyiapkan formula Luntuk menghitung tarif retail.
"Sebaiknya operator memberikan tarif yang sesuai dengan cost yang sehat. Jadi jangan memberikan tarif di bawah cost karena ini tidak akan langgeng. Jadi kami meng-encourage adanya tarif yang sehat di masyarakat," pungkasnya. (mon/afr)