Adalah Dr. Hongxia Jin, senior director of Samsung Research America Artificial Intelligence Center, yang mengatakan Hal tersebut. Contohnya tampak pada kemampuan personal assistant saat ini.
| Baca juga: Perbandingan Galaxy S10+ vs Galaxy S9+ | 
"Masih Banyak personal assistant yang tidak paham pekerjaannya. Ketika kita memberikan instruksi, ia bisa saja tidak mengerti apa maksudmu," ujarnya saat detikINET mengunjungi Samsung Strategy and Innovation Center di San Jose, California, Amerika Serikat.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Untuk itu, menurut Jin, kecerdasan buatan, dalam hal ini yang tertanam di asisten virtual, harus berpusat pada user. Ia juga harus selalu belajar dari penggunanya.
|  Pusat R&D Samsung di San Francisco Foto: Muhamad Imron Rosyadi/detikINET | 
Sebagai sarana pembelajaran itu, ada banyak yang bisa dilakukan user. Mulai dari input secara langsung melalui layar ponsel, dialog, hingga menunjukkan gambar.
"Di masa depan, AI Assistant akan memiliki pengetahuan lebih dengan semakin banyaknya engagement dengan user. Ia juga akan lebih personal untuk tiap orang, ia akan memiliki pendekatan berbeda antara dengan kamu atau bibi kamu," tutur Jin.
| Baca juga: Galaxy Fold Jadi Pertanda Buruk buat iPhone | 
Untuk itu, ia melanjutkan, strategi Samsung adalah mendorong user dan pihak ketiga untuk menciptakan kemampuan kecerdasan buatan yang lebih personal di banyak perangkat. Perusahaan asal Korea Selatan itu juga melihat asisten virual akan terus belajar, membantu, dan hadir untuk user, sekaligus tetap aman.
Sampai saat ini, Samsung memiliki 14 R&D Center di 12 negara, salah satunya Indonesia. Dari selusin negara itu, lima di antaranya dikhususkan untuk pengembangan AI. Tiap tahunnya pun, Samsung menjual setengah miliar perangkat yang terkoneksi satu dengan lainnya. (mon/afr)








































.webp)













 
             
  
  
  
  
  
  
 