Walaupun misi ini mengusung nama Israel, sebagian besar dana untuk pengembangan wahana yang dinamai Beresheet ini datang dari sumbangan privat dari biliuner seperti Morris Kahn dan Adelson Family Foundation.
Hal itu juga bakal memunculkan torehan istimewa lain: menjadikan Beresheet sebagai wahana buatan perusahaan privat pertama yang akan menyentuh permukaan Bulan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Ini merupakan misi pertama dari negara kecil menuju Bulan tapi ini juga merupakan misi non-pemerintah menuju Bulan, yang didanai secara privat," kata CEO SpaceIL Ido Anteby dalam konferensi pers seperti dikutip detikINET dari Newsweek, Rabu (20/2).
"Ini akan membuka cakrawala baru ke Bulan untuk peluang komersial. Biasanya, proyek seperti ini datang dari agensi pemerintah dari negara adidaya," sambungnya.
Tidak hanya itu, Beresheet juga akan menjadi wahana termurah dan terkecil yang berhasil mendarat di Bulan. Wahana yang dikembangkan oleh perusahaan privat asal Israel, SpaceIL yang bekerja sama dengan Israel Aerospace Industries ini memakan biaya USD 100 juta (Rp 1,4 triliun) dan memiliki bobot 158 kilogram.
Bahkan, NASA dikabarkan sangat terkesan dengan desain Beresheet yang sangat irit sehingga mereka mempertimbangkan wahana ini sebagai prototipe untuk pendaratan ke Bulan di masa depan.
Baca juga: Israel Akan Mendarat di Bulan Tahun Depan |
Tapi harga yang murah dan bobot yang ringan ini bisa dicapai karena Beresheet tidak dibekali dengan sistem duplikat untuk backup. Sehingga jika ada satu bagian yang tidak befungsi, maka misi ini bisa saja gagal.
Setelah diluncurkan, Beresheet akan memisahkan diri dari roket Falcon 9 dan mengelilingi Bumi beberapa kali. Ini akan mempercepat laju Beresheet dan akan diayunkan menuju Bulan.
Perjalanan Beresheet menuju Bulan akan memakan waktu dua bulan, dan akan mendarat di area bernama Mare Serenitatis pada 11 April. Setibanya di Bulan, misi ini diperkirakan hanya berjalan selama dua hari, tapi Beresheet akan meneliti medan magnet di area ini dan mengirimkan datanya kembali ke Bumi.