Ramai #uninstallbukalapak, Cerminan Demo Digital Zaman Now
Hide Ads

Ramai #uninstallbukalapak, Cerminan Demo Digital Zaman Now

Rachmatunnisa - detikInet
Jumat, 15 Feb 2019 18:03 WIB
CEO Bukalapak Achmad Zaky saat bersama Presiden Jokowi. Foto: Rengga Sancaya/detikcom
Jakarta - Tagar #uninstallbukalapak yang sempat menjadi trending topik di media sosial (medsos) dinilai sebagai bentuk reaksi masyarakat zaman now. Tagar menandai sebuah demo digital.

Seperti diketahui, cuitan founder sekaligus CEO Bukalapak Achmad Zaky yang menyinggung soal industri 4.0 dan 'presiden baru' di Twitter, berujung pada keriuhan tagar #uninstallbukalapak dan permintaan maaf kepada publik secara resmi dari Achmad Zaky.




SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Masyarakat kita masih reaktif. Mereka protes, lalu bentuknya apa, uninstall Bukalapak. Jadi memang di satu sisi ini sebuah reaksi dari publik. Dan aksi yang bisa mereka lakukan ternyata tidak dewasa," kata pengamat medsos Enda Nasution, Jumat (15/2/2019).

Enda menyebutnya sebagai reaksi digital zaman now. Jika dulu harus mengumpulkan massa dan mendatangi langsung orang atau tempat yang mereka tuju sebagai sasaran aksi, dalam wujud digital, hal ini dilakukan di medsos.




"Sebenarnya ini bentuk protes digital. Di dunia digital kan kita bisa kasih dukungan atau memprotes sebuah isu. Kalau di dunia nyata demonya datang langsung, kalau demo digital pakai hashtag," terangnya.

Di luar itu semua, dikatakan Enda, selalu ada pelajaran yang bisa ditarik dari kejadian ini. Bahwa siapapun, terutama mereka yang berada di posisi strategis, harus lebih berhati-hati di medsos.




"Dia (Achmad Zaky) sudah minta maaf, lebih baik kita move on. Ini bisa terjadi sama siapa saja. Tapi sebagai sosok yang dijadikan role model banyak orang, konsekuensinya besar, jadi lebih hati-hati," kata Enda.

Untuk netizen secara umum, Enda berpesan agar ketika ingin menunjukkan sikap terhadap sebuah isu, pastikan dengan cara yang pintar dan berdasarkan informasi yang benar.




"Kalian bebas beropini, dan nggak ada keharusan ikut dalam arus keriuhan ini. Harus konsisten apa yang kita sampaikan dengan cara yang baik dan benar informasinya. Kalau nyinyir atau nggak benar informasinya, jadinya nggak berfaedah dan cari musuh. Reputasi kita juga jatuh," simpulnya.


(rns/krs)