Hati-hati di Medsos, Bos
Hide Ads

Hati-hati di Medsos, Bos

Muhamad Imron Rosyadi - detikInet
Jumat, 15 Feb 2019 14:35 WIB
Achmad Zaky, CEO Bukalapak yang sedang jadi perhatian di media sosial. Foto: dok. Bukalapak
Jakarta - Kejadian yang menimpa Achmad Zaky, yang juga menyeret perusahaan besutannya, Bukalapak, sedang menyita perhatian. Hal ini terkait dengan cuitannya yang memunculkan kalimat "presiden baru" terkait dengan alokasi anggaran negara untuk riset dan pengembangan.

Zaky sendiri memang terbilang aktif di Twitter. Bisa dibilang ia jadi yang paling aktif bermedsos, di antara para pimpinan startup unicorn di Indonesia lainnya, seperti William Tanuwijaya (CEO Tokopedia) dan Nadiem Makarim (CEO Go-Jek).




SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Aktifnya pria berkacamata tersebut di media sosial besutan Jack Dorsey itu seakan mengingatkan dengan Elon Musk. Pendiri Tesla, SpaceX, dan The Boring Company itu kerap blak-blakan di Twitter mengenai hal apa pun.

Cuma, kiprah Elon di medsos tidak lantas membuat perusahaannya ikut jadi bulan-bulanan netizen. Misalnya, soal hinaan 'pedo' ke Vernon Unsworth, penyelam asal Inggris yang terlibat dalam misi penyelamatan korban gua di Thailand, hanya Musk pribadi yang dihujat di dunia maya. Tiga perusahaan pimpinannya relatif aman.

Kalaupun ada yang menyerang, itu adalah SEC, bukan warganet, yang menjatuhkan denda sebesar USD 20 juta. Hal tersebut terkait dengan tweet yang menyebut ia ingin menjadikan Tesla kembali sebagai perusahaan privat. Dalam hal ini pada akhirnya perusahaan pun ikut jadi kena getahnya akibat aktivitas sang bos di medsos.




Nah, cerita Elon Musk yang kelahiran Pretoria, Afrika Selatan itu sedikit berbeda dengan yang dialami oleh Zaky dan Bukalapak. Selain Instagram Zaky yang diamuk massa secara online, e-commerce besutannya itu pun juga diserang.

Gara-gara "presiden baru" itu, banyak netizen yang sampai menyerukan tagar #uninstallbukalapak. Bahkan, ada warganet yang menyertakan tangkapan layar benar-benar sedang melakukan uninstall aplikasi Bukalapak di perangkatnya. Padahal sebagai e-commerce, aplikasi merupakan satu aspek penting buat jualan Bukalapak.

Fenomena ini sendiri bukan yang pertama di Indonesia. Sebelumnya, ada Alex Rusli, mantan CEO Indosat Ooredoo, yang mengalami hal serupa.

Pada 2017 silam, ia sempat menulis "Sebagai perusahaan kami tdk tolerate sama sekali pegawai yang anti NKRI" di akun Twitter miliknya. Hal ini terkait dengan pemecatan salah satu pegawainya di Indonesat Ooredoo karena dinilai anti pemerintah.




Cuitan Alex di medsos lantas berimbas pula ke perusahaan yang ia pimpin. Saat itu setidaknya sempat ramai tagar #boikotindosat dari netizen yang merespons pernyataan Alex. Tapi ia mengaku tak kapok menggunakan medsos lantaran baginya, dunia maya merupakan tempat mendengar keluhan konsumen secara langsung.

Beberapa kisah ini bisa jadi gambaran (secara umum) betapa pentingnya berhati-hati dan bijak dalam aktivitas medsos. Apalagi jika yang nge-tweet itu adalah sosok-sosok bos. Bukan tak mungkin cuitan itu lantas berimbas ke perusahaan yang dipimpin, baik lewat gerudukan netizen maupun hal-hal lainnya.



Tonton juga video '#uninstallbukalapak Menggema, CEO Bukalapak Minta Maaf':

[Gambas:Video 20detik]

(mon/krs)