Batu tersebut terbuat dari kuarsa, felspar, dan zirkon. Diperkirakan, ia sudah berada jauh di dalam permukaan Bumi pada 4 miliar tahun yang lalu. Ia terlontar sampai ke Bulan akibat dari tumbukkan asteroid atau komet terhadap Bumi.
![]() |
"Ini merupakan temuan yang luar biasa dalam membantu memberikan gambaran lebih baik terhadap masa-masa awal di Bumi dan tumbukkan-tumbukkan yang membantuk planet kita ini sebelum munculnya kehidupan," ujar David Kring, peneliti dari Lunar and Planetary Institute, Houston, Texas, Amerika Serikat.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Saat batu tersebut terlontar, jarak Bumi dengan bulan sekitar 3 kali lebih dekat dibanding sekarang. Setelah ia berada di permukaan Bulan, tumbukkan lain membuatnya melebur dan semakin tertekan ke dalam sekitar 3,9 miliar tahun lalu.
Kemudian, pada 26 juta tahun lalu, batu tersebut kembali terdampak oleh sebuah asteroid yang menghantam Bulan dan menyebabkan kawah Cone sepanjang 340 meter dan dengan kedalaman 75 meter. Kawah tersebut terletak di dekat titik pendaratan misi Apollo 14.
Batu itu sendiri merupakan sebagian kecil dari hampir 43 kg sampel yang dibawa dalam misi Apollo 14. Pada Feburari 1971, para astronot menghabiskan lebih dari 33 jam di permukaan Bulan untuk mengumpulkan batuan tersebut.
Walau usianya sudah sangat tua, batu tersebut bukan menjadi yang tertua sepanjang sejarah. Rekor itu masih dipegang oleh sebuah kristal zircon yang ditemukan di Australia Barat.
Usia kristal tersebut diperkirakan sudah mencapai 4,4 miliar tahun. Sebagai perbandingan, Bumi terbentuk di sistem Tata Surya pada 4,5 miliar tahun yang lalu. (mon/mon)