Miss Lambe Hoaks, Ikon Kominfo untuk Tumpas Hoax
Hide Ads

Miss Lambe Hoaks, Ikon Kominfo untuk Tumpas Hoax

Agus Tri Haryanto - detikInet
Jumat, 25 Jan 2019 21:57 WIB
Foto: Dok. Kemenkominfo
Jakarta - Untuk menumpas informasi palsu alias hoaks/hoax yang terus beredar di masyarakat, Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) memperkenalkan sosok Miss Lambe Hoaks.

Miss Lambe Hoaks merupakan ikon yang ditampilkan oleh Kominfo di program audio visual mereka bernama Lambe Hoaks. Nantinya Miss Lambe Hoaks berperan membahas seputar misinformasi di dunia maya.

"Lambe Hoaks akan ditayangkan rutin setiap minggu melalui saluran media utama GPR TV dan akun resmi media sosial Kemkominfo, yaitu YouTube KemkominfoTV, Instagram @kemenkominfo, Twitter @kemkominfo, dan laman Facebook Kementerian Komunikasi dan Informatika," papar Plt Kepala Biro Humas Kementerian Kominfo Ferdinandus Setu dalam siaran persnya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT




Dalam setiap episode, Miss Lambe Hoaks bakal memaparkan 10 isu hoax teratas hasil temuan Tim Aduan Konten Direktorat Jenderal Aplikasi Informatika Kementerian Kominfo. Disebutkan, Miss Lambe Hoaks akan mengupas fakta di balik informasi palsu yang beredar selama satu minggu terakhir dengan gaya ceriwis khas.

"Dalam episode pertama, tayangan menampilkan isu gelombang tsunami, ijazah palsu Presiden Jokowi, hingga isu bahayanya makan bakso sambil minum es karena bisa memicu kanker," ungkap Ferdinandus.

[Gambas:Youtube]



Program LambeHoaks merupakan kolaborasi Biro Humas dengan Tim Aduan Konten Aptika dan GPR TV Ditjen IKP Kementerian Kominfo. Dengan konsep yang diklaim segar dan menarik, Lambe Hoaks diharapkan dapat menjadi salah satu sumber informasi utama bagi masyarakat dalam mengenali dan mengkonfirmasi isu hoaks yang tak hentinya beredar di internet.

Kolaborasi itu merupakan upaya bersama Kementerian Kominfo dalam memerangi peredaran hoaks di dunia maya dengan pendekatan literasi kepada masyarakat. Kementerian Kominfo menerapkan tiga pendekatan dalam memerangi hoaks, selain literasi digital ada pendekatan teknologi dengan penapisan atau blokir serta penegakan hukum.

"Sebagai salah satu program literasi digital Lambe Hoaks diharapkan memberikan pemahaman kepada Netizen untuk bersama-sama memerangi hoaks, kabar bohong, dan informasi yang menyesatkan," jelas Ferdinandus Setu.


(agt/fyk)