Berbeda dengan pabrikan smartphone lain, pada pertengahan tahun lalu produsen smartphone asal China, Vivo mendobrak tren smartphone berponi dengan menghadirkan desain yang benar-benar bezel-less. Vivo mempionirkan Elevating Front Camera (EFC) dengan membenamkan kamera periskopik yang bisa mencuat atau "pop up".
Inovasi ini terbilang unik karena kamera akan muncul atau "pop up" ketika pengguna hendak mengambil gambar dengan kamera depan. Kemudian secara otomatis menutup ketika mode kamera depan ditutup.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Berdasarkan rilis yang diterima detikINET, Selasa (22/1/2019), inovasi ini bermula sejak tiga tahun lalu, ketika Vivo berpikir untuk menciptakan sesuatu yang berbeda bagi konsumen. Butuh waktu penelitian dan pengembangan bertahun-tahun sebelum Vivo akhirnya mempresentasikan APEX™ secara global.
Dukungan tim riset global Vivo pun telah menguji berbagai desain berbeda, serta mengeksplorasi kemungkinan-kemungkinan yang ada sebelum konsep akhir APEX™ diluncurkan.
Vivo pertama kali memulai debut konsep smartphone tanpa notch dan bebas bezel, APEX™, di gelaran MWC 2018. Walaupun ada banyak daftar smartphone terbaik 2018, smartphone konsep APEX™ FullView™ dianggap telah menetapkan standar baru untuk desain smartphone.
Adapun desain maupun konsep yang diterapkan Vivo seperti tampilan layar penuh tanpa hambatan visual, EFC, dan teknologi inovatif In-Display Fingerprint Scanning atau Screen Touch ID yang kemudian ditanamkan pada smartphone seri Vivo seperti Vivo NEX, Vivo X21 UD, maupun Vivo V11 Pro.
Bersama-sama dengan sensor jarak dan sensor cahaya tersembunyi, pendekatan yang diusung Vivo pada seri APEX™ adalah menghilangkan ruang yang diambil oleh kamera depan konvensional, sambil menawarkan pengalaman selfie yang tetap selaras dengan kebiasaan pengguna.
![]() |
Ketika APEX™ diperkenalkan, konsumen menyambut ide baru ini sebagai salah satu evolusi desain untuk konsep smartphone futuristik. Namun, kemungkinan desain ini direalisasikan menjadi perdebatan oleh para tech enthusiast, mengingat di industri global belum ada brand yang merealisasikan konsep ini untuk produk komersial.
Lebih lanjut pada Juni 2018 inovasi teknologi EFC disempurnakan Vivo pada seri NEX yang dikembangkan dengan peluncuran tiga seri berikutnya, yaitu NEX S, NEX A, dan terakhir NEX Dual Display yang baru saja diluncurkan pada Desember lalu dengan konsep kamera yang diperbarui.
Menyempurnakan Konsep dengan Pengujian Intensif
Diceritakan Vivo, EFC awalnya dianggap terlalu kompleks dan kurang tangguh untuk dapat memenuhi standar dan diproduksi secara massal. Beberapa aspek seperti komponen mesin-mesin yang digunakan, harus dapat terintegrasi dengan perangkat keras kamera dalam smartphone. Vivo juga harus memastikan daya tahan dan kenyamanan pengguna dalam penggunaan fitur EFC secara reguler.
![]() |
Untuk menciptakan ruang bagi modul dan antena EFC, Vivo mendesain ulang potongan Printed Circuit Board (PCB), membentuknya menjadi strip tipis untuk menutupi tepi struktur internal. Vivo juga menambahkan tambalan untuk memastikan PCB memiliki kekuatan yang cukup.
Baca juga: 8 Tips Optimalkan Vivo V11 dan V11 Pro |
Sementara itu, Vivo pun menghadapi tantangan selanjutnya yaitu pelapisan modul yang rumit sembari tetap memperhatikan estetika dari desain akhir smartphone.
Vivo bahkan menguji kekuatan dan durabilitas EFC pada NEX secara ekstrem dengan eksperimen berat. Delapan unit NEX dengan kamera depan yang mencuat digunakan untuk menopang panel kaca tebal dengan seorang balerina menari di atasnya.
Hasilnya kamera depan mungil tersebut berhasil menahan berat rata-rata 11 kg per kamera. Hal ini menunjukkan daya tahan dan kekuatan desain EFC yang telah teruji optimal.
"Pada akhirnya, kehadiran APEX™ dan NEX telah mengubah peta industri desain smartphone dunia dengan sepenuhnya mengikis batasan layar dan menggantinya dengan solusi yang inovatif. Dengan teknologi yang begitu mengesankan yang sekarang direalisasikan, teknologi EFC pun diproyeksikan akan menjadi sorotan di masa depan," pungkas Vivo.
(prf/krs)