Hal itu dikatakan oleh Ketua Umum idEA Ignatius Untung saat ditemui di idEA Space, Jakarta Selatan, Senin (14/1/2019).
"Lebih ke pembuktian bahwa industrinya itu tumbuh. Unicorn itu kan sudah ada empat, mau nambah lagi itu kan artinya ada player lain yang juga tumbuhnya signifikan," jelas Ignatius.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ia menambahkan, startup juga harus diedukasi bahwa status unicorn itu bukanlah segalanya. Terlebih lagi untuk membendung pandangan bahwa startup unicorn memiliki kualitas yang lebih bagus dibanding startup yang tidak memiliki status unicorn.
Ia pun mengambil contoh 12 platform marketplace besar yang hadir di pasar Indonesia saat ini. Menurutnya, tidak mungkin jika ke-12 marketplace tersebut bisa memiliki status unicorn.
Apalagi, Ignatius mengatakan bahwa tidak semua startup bisa mendapatkan status tersebut. Menurutnya startup yang menyediakan banyak layanan dan memiliki consumer base yang besar lebih berpotensi untuk menjadi unicorn.
"Kalau dia (startup) nggak punya consumer base gede susah buat dia bisa punya valuasi besar. Jadi industri-industri yang terlalu spesifik ya relatif lebih sulit untuk jadi unicorn," pungkasnya.
Saat ini keempat startup Indonesia yang sudah jadi unicorn adalah Go-Jek, Bukalapak, Tokopedia, dan Traveloka. Menteri Komunikasi dan Informatika (Kominfo) Rudiantara telah memperkirakan bahwa tahun ini Indonesia bisa memiliki dua decacorn.
(vim/krs)