Mengenang Nukman Luthfie: Eat, Pray, Tweet
Hide Ads

Mengenang Nukman Luthfie: Eat, Pray, Tweet

Rachmatunnisa - detikInet
Minggu, 13 Jan 2019 07:36 WIB
Nukman Luthfie aktif mengkampanyekan literasi digital. Foto: dok. pribadi
Jakarta - "Zaman sekarang sepertinya jarang orang kecopetan ponsel. Lha ponselnya dipegang terus kok, dipelototi terus," kelakar Nukman Luthfie seraya menirukan tingkah pengguna gadget dengan lucu.

Candaan Nukman benar adanya. Pemandangan seperti itu bisa dengan mudah kita temukan di mana saja. Ibaratnya, ponsel berpadu dengan media sosial (medsos) seperti Facebook dan Twitter mampu membuat orang di pusat perbelanjaan, di halte bus, di hampir semua tempat, berjalan menunduk, sibuk berjejaring sosial.

"Sebagian besar pengguna medsos itu akan ketagihan. Anytime dia bisa ngetweet atau update status dia akan update," kata pengamat medsos ini dalam sebuah kesempatan.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Ya, bukan asal jeplak, kenyataannya fenomena tersebut memang sudah merasuk dalam kehidupan sehari-hari. Akses ke internet menjadi tak terbatas, dipicu oleh maraknya penggunaan perangkat mobile.

Begitu booming, sampai-sampai media luar negeri The Economist pernah memuat artikel berjudul "Eat, Pray, Tweet" sebagai plesetan dari judul film "Eat, Pray, Love" yang dibintangi Julia Robert untuk menggambarkan fenomena medsos di Indonesia.

"80% gadget di Indonesia sudah bisa dipakai internetan. Bahkan ponsel murah sekalipun," kata ayah tiga anak ini.

Sebanyak 46% pengguna perangkat mobile rajin ngetweet dan 48% rutin mengecek Facebook saat akan tidur atau bangun tidur.

Mengenang Nukman Luthfie: Eat, Pray, Tweet Nukman Luthfie saat berbicara di Kementerian Kominfo. Foto: Instagram @nukman


Cara Baru Mengonsumsi Media

Begitu mudahnya akses ke dua jejaring sosial populer tersebut di genggaman tangan, menurut Nukman juga turut mengubah cara orang mengonsumsi media. Menariknya, medsos saat ini mendahului semua media lain dalam hal menyampaikan informasi.

"Behavior ini membuat point of contact kita berubah. Dulu, pagi-pagi kita membaca koran. Setelah media cetak lalu lanjut ke TV, lantas mendengarkan radio sepanjang perjalanan ke kantor, sampai kantor baru akses internet," papar pria yang doyan ngopi ini.

Pendiri perusahaan konsultan digital marketing Virtual Consulting tersebut memberi contoh kesehariannya. Sebelum memulai aktivitas, dirinya terlebih dahulu mengecek Twitter dan Facebook.

"Pagi-pagi itu, pertama saya baca berita di Detik.com dan Kompas.com. Itu pun seringnya mengakses dari timeline di Twitter," ceritanya.

Setelah itu barulah dia menonton TV, mendengarkan radio lalu membaca media cetak. Twitter dan Facebook tidak ditinggalkannya.

Melalui akun Twitter @nukman, semua informasi yang diserap dari berbagai media itu biasanya dia bagi ke followernya.

Mengenang Nukman Luthfie: Eat, Pray, Tweet Dunia medsos Indonesia berduka atas kepergian Nukman Luthfie. Foto: Instagram @nukman


Dari bangun tidur hingga akan tidur, Nukman tak lepas dari gadget dan medsos. Tak hanya Nukman, berdasarkan berbagai riset, sebagian besar pengguna medsos di Indonesia saat ini, terutama di kota-kota besar, perilakunya kurang lebih sudah seperti itu.

"Di kantor pun orang kerja sambil akses medsos. Bahkan ke toilet gadget dibawa agar tetap terkoneksi. Artinya apa? Orang tidak lepas dari medsos," ujar pria yang juga dikenal sebagai Online Strategist ini.

Seraya berkelakar, Nukman mengatakan orang zaman sekarang mungkin membaca koran seperti membaca buku bertulisan Arab, yakni dimulai dari belakang.

"Dulu orang melihat dari headline di depan untuk mengecek apa yang terbaru. Sekarang yang terbaru sudah mereka dapatkan dari medsos. Tapi membaca koran tetap perlu untuk bacaan yang lebih mendalam," tandasnya.

Pengamatannya yang tajam soal dunia maya dan media sosial itu membuatnya menjadi pakar yang sering diminta berbagi ilmu. Selain aktif berkecimpung di dunia medsos, dia juga dikenal sebagai pengusaha, konsultan dan pembicara di bidang internet marketing.

Sebelumnya, pria yang dikenal murah senyum ini adalah seorang jurnalis di Bisnis Indonesia dan Majalah Prospek. Ia mulai berkiprah di bidang internet sejak menjadi salah satu co-founder PT Agranet Multicitra Siberkom (AGRAKOM) dan menjabat sebagai Internet Services Director yang melahirkan situs berita online pertama di Indonesia, detik.com.

Pada 2003, ia mendirikan Virtual Consulting yang berjaya hanya dalam waktu tiga tahun. Kiprahnya di dunia digital dan medsos membuatnya banyak dimintai pendapat mengenai fenomena internet dan medsos.

Dia juga menjadi guru bagi banyak orang, tak hanya yang mengenal dan bertemu dengannya secara langsung, tetapi juga yang mengikuti setiap pemikirannya yang dituangkan medsos.

Salah satu perkataannya yang diingat para followernya adalah, "Salah satu bela negara yang asyik adalah banjiri medsos kita dengan konten yang positif".

Tak heran jika banyak yang berduka atas kepergiannya. Nukman menghembuskan napas terakhir kemarin (12/1/2019) di Yogyakarta dan dimakamkan hari ini di Kendal, Jawa Tengah.

Selamat jalan, Bapak Medsos Indonesia...


Tonton video 'Anies Baswedan Gaungkan #RIPNUKMAN di Twitter':

[Gambas:Video 20detik]

(rns/fyk)