Ofo Dulu Bernilai Triliunan, Kini di Ujung Kebangkrutan
Hide Ads

Ofo Dulu Bernilai Triliunan, Kini di Ujung Kebangkrutan

Fino Yurio Kristo - detikInet
Rabu, 02 Jan 2019 13:37 WIB
Sepeda dari startup Ofo, yang kini di ujung kebangkrutan walaupun sempat bernilai triliunan. Foto: Getty Images
Beijing - Startup persewaan sepeda Ofo pernah bernilai USD 2 miliar atau di kisaran Rp 28 triliun. Kini, perusahaan yang berbasis di China itu berada di ujung kebangkrutan. Kenapa?

Dalam surat internal pada karyawan Ofo yang beredar di media setempat, pendiri dan CEO Ofo, Dai Wei, mengakui kalau perusahaannya dalam tekanan keuangan amat berat. Bahkan tak menutup kemungkinan mereka mengajukan kebangkrutan.

"Tahun silam, kita menanggung tekanan cashflow yang begitu besar. Kita harus mengembalikan deposit user, membayar pemasok dan menjaga perusahaan tetap berjalan," tulis Wei yang dikutip detikINET dari Forbes.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dai belum lama ini juga masuk daftar hitam di pengadilan Beijing karena gagal memenuhi kewajiban bayar hutang. Akibatnya, ia tak boleh lagi menginap di hotel mewah, terbang di kelas satu, atau menyekolahkan anak di sekolah bagus. Sebuah situasi yang mungkin tak terbayangkan sebelumnya mengingat Ofo pernah jadi startup yang sangat diperhitungkan.




Mereka jadi pionir sewa sepeda online, di mana untuk itu, peminat cukup melakukan scan kode QR dan jika sudah selesai, dapat meninggalkan sepeda di mana saja. Ofo membeli sangat banyak sepeda yang dapat dengan mudah ditemukan hampir di seluruh perkotaan China, kemudian juga di mancanegara.

Lusinan rival lalu muncul dan berguguran, hingga tersisa 3 pemain besar, yaitu Ofo sendiri, Mobike serta Hellobike. Sayangnya, mereka harus membakar banyak uang sehingga meski populer, sukar meraih keuntungan.

Sewa sepeda Ofo. Foto: Getty Images

Pada puncak ekspansinya, Ofo beroperasi di lebih dari 20 negara, dari Prancis, Australia sampai Amerika Serikat. Akan tetapi mereka dinilai terlalu agresif dengan mencoba membukukan pertumbuhan secepat munkgin. Tantangan pun menghadang, dari soal regulasi sampai kerusakan sepeda karena vandalisme.

Kini Ofo telah mundur dari beberapa pasar. Bahkan saking harus menghemat biaya operasional, sumber terkait menyebutkan Ofo menjual beberapa unit sepedanya dengan harga hanya USD 2 per buah.




Situasi makin runyam karena pengguna Ofo yang dulunya loyal, kini mulai cemas terhadap nasib perusahaan. Mereka antara lain terlihat mengantre di kantor Ofo di Beijing untuk meminta kembali uang deposit yang dibayar di muka. Sekitar 12 juta orang sejauh ini telah meminta kembali uang mereka secara online.

Sepeda Ofo kini banyak yang tak terawat. Jiang Zhe, seorang mahasiwa di Beijing mengatakan biasanya dia membayar sebulan untuk memakai sepeda Ofo, tapi belakangan sulit menemukan sepeda yang kondisinya masih bagus. "Aku tak lagi memakai Ofo karena tak bisa menemukan sepeda yang bisa dijalankan," kata dia.

Banyak yang pesimistis Ofo dapat memutarbalikkan keadaan. "Susah bagi mereka kembali ke masa keemasannya, saya pikir itu takkan terjadi. Kebanyakan orang hanyalah menunggu saat-saat terakhir mereka," kata mantan eksekutif Ofo.

(fyk/krs)