"Apple sebenarnya adalah perusahaan yang paling sensitif untuk jadi konflik antara Amerika Serikat dengan China dalam hal perdagangan," kata Bob Parker dari Quilvest Wealth Management.
"Jika Anda melihat Apple, ini adalah teknologi Amerika, produknya dibuat di China di pabrik China oleh sebuah perusahaan Taiwan sehingga mereka berada di garis depan rentan terpapar konflik perdagangan," lanjut Bob.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pemasok dan perakit partner Apple mungkin akan terus memproduksi iPhone di China jika tarif yang ditetapkan sebesar 10%. Sumber terkait menyebut jika tarif mencapai 25%, Apple akan memindahkan produksi iPhone dari China yang tentu amat rumit prosesnya.
Belum lagi Apple juga dipusingkan dengan keputusan pengadilan China yang memenangkan gugatan hukum Qualcomm. Apple diputus bersalah melanggar paten Qualcomm sehingga dilarang menjual beberapa model lama iPhone. Kini, Apple tengah mengajukan banding.
Di luar itu, Apple terus mengalami penurunan harga saham karena penjualan iPhone terindikasi tak menuai target. Sempat menembus valuasi pasar USD 1 triliun, nilai saham Apple kini telah anjlok 32%. (fyk/afr)